Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Keluarkan Seruan Global, PBB Tuntut Aksi Nyata Negara-Negara Atasi Panas Ekstrem di Dunia

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 26 Juli 2024 |08:51 WIB
Keluarkan Seruan Global, PBB Tuntut Aksi Nyata Negara-Negara Atasi Panas Ekstrem di Dunia
Keluarkan Seruan Global, PBB Tuntut Aksi Nyata Negara-Negara Atasi Panas Ekstrem di Dunia (Foto: Reuters)
A
A
A

LONDON - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres pada Kamis (25/7/2024) menyerukan kepada negara-negara untuk mengatasi urgensi epidemi panas ekstrem, yang dipicu oleh perubahan iklim. Seruan ini diungkapkan beberapa hari setelah dunia mencatat hari terpanasnya yang pernah tercatat.

“Panas ekstrem adalah hal yang tidak biasa,” terangnya, dikutip Reuters.

“Dunia harus bangkit menghadapi tantangan kenaikan suhu,” lanjutnya.

Perubahan iklim membuat gelombang panas lebih sering terjadi, lebih intens, dan berlangsung lebih lama di seluruh dunia.

Tahun ini saja, kondisi yang sangat panas telah menewaskan 1.300 jamaah haji, menutup sekolah bagi sekitar 80 juta anak di Afrika dan Asia, dan menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian di Sahel.

Menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa, setiap bulan sejak Juni 2023 kini menempati peringkat sebagai bulan terhangat di planet ini sejak pencatatan dimulai pada tahun 1940, dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

PBB meminta pemerintah untuk tidak hanya menekan emisi bahan bakar fosil yang menjadi penyebab perubahan iklim, tetapi juga memperkuat perlindungan bagi mereka yang paling rentan, termasuk lansia, ibu hamil, dan anak-anak, serta meningkatkan perlindungan bagi pekerja.

Menurut laporan dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang diterbitkan pada Kamis (25/7/2024), lebih dari 70 persen tenaga kerja global yakni 2,4 miliar orang kini berisiko tinggi terkena panas ekstrem.

Di Afrika, hampir 93 persen tenaga kerja terpapar panas berlebih, dan 84 persen tenaga kerja di negara-negara Arab.

Panas berlebih telah disalahkan sebagai penyebab hampir 23 juta cedera di tempat kerja di seluruh dunia, dan sekitar 19.000 kematian setiap tahunnya.

“Kita perlu langkah-langkah untuk melindungi pekerja, yang didasarkan pada hak asasi manusia,” kata Guterres.

 

Ia juga meminta pemerintah untuk membuat ekonomi mereka, sektor-sektor penting seperti perawatan kesehatan, dan lingkungan binaan, “tahan panas”.

Kota-kota memanas dua kali lipat dari rata-rata di seluruh dunia karena urbanisasi yang cepat dan efek pulau panas perkotaan. Pada tahun 2050, beberapa peneliti memperkirakan akan terjadi peningkatan 700 persen secara global dalam jumlah penduduk miskin perkotaan yang tinggal dalam kondisi panas ekstrem.

Ini adalah pertama kalinya PBB mengeluarkan seruan global untuk bertindak atas panas ekstrem.

"Kita memerlukan sinyal kebijakan dan inilah sinyal itu," kata Kathy Baughman Mcleod, CEO Climate Resilience for All, sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada panas ekstrem.

"Ini adalah pengakuan tentang seberapa besar dan seberapa mendesaknya hal itu. Ini juga pengakuan bahwa setiap orang tidak merasakan hal yang sama dan membayar harga yang sama untuk itu,” lanjutnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement