GAZA - Jurnalis Al Jazeera Arab, Ismail al-Ghoul dan juru kameranya Rami al-Refee tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza. Para wartawan tersebut tewas ketika mobil mereka ditabrak pada hari Rabu di kamp pengungsi Shati, sebelah barat Kota Gaza, menurut informasi awal dikutip dari Aljazeera, Rabu (31/7/2024).
Mereka berada di wilayah tersebut untuk melaporkan dari dekat rumah Ismail Haniyeh di Gaza, pemimpin politik Hamas yang dibunuh pada Rabu dini hari di ibu kota Iran, Teheran, dalam serangan yang kelompok tersebut salahkan pada Israel.
Anas al-Sharif dari Al Jazeera, melaporkan dari Gaza, berada di rumah sakit tempat jenazah kedua rekannya dibawa.
“Ismail menyampaikan penderitaan warga Palestina yang terlantar dan penderitaan mereka yang terluka serta pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan (Israel) terhadap orang-orang tak berdosa di Gaza,” katanya.
“Perasaannya – tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang terjadi.”
Belum ada komentar dari Israel, yang sebelumnya membantah menargetkan jurnalis dalam perang 10 bulan di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 39.445 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Menurut angka awal yang dikeluarkan oleh Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), setidaknya 111 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara mereka yang tewas sejak dimulainya perang pada 7 Oktober. Kantor media pemerintah Gaza menyebutkan angka 165 jurnalis Palestina yang terbunuh sejak saat perang dimulai.
Mohamed Moawad, redaktur pelaksana Al Jazeera berbahasa Arab, mengatakan jurnalis jaringan yang berbasis di Qatar itu dibunuh pada hari Rabu ketika mereka “dengan berani meliput peristiwa di Gaza utara”.
Ismail terkenal karena profesionalisme dan dedikasinya, sehingga menarik perhatian dunia terhadap penderitaan dan kekejaman yang terjadi di Gaza, terutama di Rumah Sakit al-Shifa dan lingkungan utara wilayah kantong yang terkepung.
“Tanpa Ismail, dunia tidak akan melihat gambaran mengerikan dari pembantaian ini,” tulis Moawad di X, menambahkan bahwa al-Ghoul “tanpa henti meliput peristiwa tersebut dan menyampaikan realitas Gaza kepada dunia melalui Al Jazeera”.
“Suaranya kini telah dibungkam, dan tidak ada lagi kebutuhan untuk menyerukan kepada dunia bahwa Ismail telah memenuhi misinya kepada rakyatnya dan tanah airnya,” kata Moawad. “Aib bagi mereka yang telah mengecewakan warga sipil, jurnalis, dan kemanusiaan.”
(Qur'anul Hidayat)