Wirabhumi melarikan diri, namun tertangkap oleh Raden Gajah (Bhra Narapati) dan dipenggal kepalanya pada tahun 1328 Saka (1406). Karena sumber daya kerajaan banyak terkuras untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan ini, raja-raja di luar Jawa akhirnya memisahkan diri dari ketergantungan mereka terhadap Majapahit.
Wikramawardhana memerintah Majapahit hingga wafat pada tahun 1351 Saka (1429). Ia kemudian digantikan oleh putrinya, Suhita, yang memerintah dari tahun 1429 hingga 1447.
Catatan tentang perang saudara ini juga muncul dalam sumber Tionghoa dari masa Dinasti Ming. Melalui Ming Shih yang diterjemahkan oleh W.P. Groeneveldt dalam "Nusantara dalam Catatan Tionghoa", tercatat bahwa setelah Kaisar Ch’eng-tsu naik takhta pada tahun 1403, ia mengadakan hubungan diplomatik dengan Jawa.
Ia mengirim utusan kepada raja “bagian barat”, Tu-ma-pan, dan kepada raja “bagian timur”, Put-ling-ta-hah atau P’i-ling-da-ha.
Nama asli Bhre Wirabhumi tidak diketahui. Menurut Pararaton, ia adalah putra Hayam Wuruk dari seorang selir, dan diadopsi oleh Bhre Daha, istri Wijayarajasa, yaitu Rajadewi. Bhre Wirabhumi kemudian menikah dengan Bhre Lasem Sang Alemu, putri Bhre Pajang (adik Hayam Wuruk).
Dalam Negarakertagama disebutkan bahwa istri Bhre Wirabhumi adalah Nagarawardhani, putri Bhre Lasem alias Indudewi. Indudewi adalah putri Rajadewi dan Wijayarajasa. Bhre Wirabhumi, yang lahir dari selir Hayam Wuruk, menjadi anak angkat Rajadewi (bibi Hayam Wuruk), dan kemudian menikah dengan Nagarawardhani, cucu Rajadewi.
(Arief Setyadi )