Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kenapa Pratikno Dilarang Masuk Kampus oleh Mahasiswa UGM?

Rina Anggraeni , Jurnalis-Jum'at, 30 Agustus 2024 |10:27 WIB
Kenapa Pratikno Dilarang Masuk Kampus oleh Mahasiswa UGM?
Kenapa Pratikno Dilarang Masuk Kampus oleh Mahasiswa UGM? (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kenapa Pratikno dilarang masuk kampus oleh mahasiswa UGM?  Hal ini berawal sejumlah mahasiswa memasang spanduk yang bertuliskan Pratikno dilarang masuk. Spanduk ini menyiratkan pesan kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno sebagai bentuk penolakan mahasiswa.

Lantas kenapa Pratikno dilarang masuk kampus oleh mahasiswa UGM? Aksi pelarangan Pratikno masuk kampus UGM menjadi bentuk perlawanan praktik politik dinasti, peringatan 'Darurat Demokrasi' yang menggema seiring dengan gelombang aksi mahasiswa melawan pengesahan RUU Pilkada. Apalagi, sosok Pratikno sangat dekat dengan Presiden Jokowi.

Pratikno menjadi Menteri Sekretaris Negara sejak 2014 dan salah satu dosen di Fisipol UGM.

"Beliau Rektor UGM Guru Besar Pemerintahan, anak desa masuk kota," kata Jokowi saat mengumumkan nama kabinet di halaman belakang Istana Merdeka, Jakarta, Minggu 26 Oktober 2014.

Melansir laman Fisipol UGM, Pratikno lahir pada 13 Februari 1962 di Bojonegoro, Jawa Timur adalah Profesor bidang Ilmu Politik di Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM.

Minat kajian dan keahliannya meliputi Politik Lokal dan Desentralisasi, Politik Keuangan Negara, Kebijakan Publik dan Birokrasi. Sejak tahun 2014 ia menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara di bawah pimpinan presiden Joko Widodo.

Sebelumnya, menjabat sebagai Rektor UGM yang ke 14. Ia juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.

Dia menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM tahun 1985, pendidikan S2 di Development Administration, Birmingham University, UK tahun 1991, dan menyelesaikan pendidikan S3 Ilmu Politik di Flinders University, Australia tahun 1997.

 

Pratikno aktif di berbagai organisasi profesional diantaranya Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia dan Asian Consortium for Political Research (ACPR).

Pada tahun 2010, dia aktif sebagai panelis dalam beberapa kegiatan akademik seperti International Research Workshop and PhD Course on “Transformative Politics” in University of Oslo, Norwegia dan the 6th EuroSEAS (The European Association for South‐East Asian Studies) Conference “Indonesian Democracy in Comparative Perspective”, the School of Global Studies, University Of Gothenburg, Swedia.

Tahun 2008 ia bersama Purwo Santoso, Cornelis Lay dan AAGN Ari Dwipayana menyusun Monograf Keistimewaan Yogyakarta.

(Rina Anggraeni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement