“Dalam survei ini juga ada harapan ya terutama pada pemerintah untuk tetap menjamin adanya subsidi alternatif agar terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Seperti diketahui bahwa ada 68,37% yang menyatakan setuju dengan kebijakan tersebut, 28,93% yang tidak setuju, yang netral 0,93% serta tidak tahu/tidak menjawab 1,77%,” kata Herry.
Lalu kebijakan pemerintah soal memberikan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia, Kehidupan Kerukunan Beragama dan Toleransi, serta Solidaritas Sosial lainnya dinilai oleh 50,88% telah optimal sedangkan 38,39% tidak setuju dengan opini tersebut, yang netral hanya 8,49 serta yang tidak tahu/tidak menjawab 1,77%.
Dalam hal kebijakan ekonomi, 53,66% publik menilai kebijakan ekonomi berjalan optimal, sekitar 41,63% yang tidak setuju, 1,93% yang netral, serta yang tidak tahu/tidak menjawab 2,78%.
"Bagi 51,64% menganggap kebijakan ekonomi telah meningkatkan taraf perekonomian pribadi atau keluarga, lalu 43,64% tidak setuju, 1,93% yang netral, serta yang tidak tahu/tidak menjawab 2,78%,” tutur Herry.
Hal ini juga tidak terlepas dari 51,81% publik yang memiliki persepsi bahwa kebijakan ekonomi pemerintah sukses meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional walaupun 43,32% tidak setuju, 2,10% yang netral, dan 2,78% yang tidak tahu/tidak menjawab.
“Sementara itu mayoritas publik justru menolak kenaikan PPN 12% yang telah diputuskan oleh Pemerintah. Bagi 55,34% tidak setuju karena kebijakan kenaikan PPN 12% tidak mempengaruhi atau tidak berdampak signifikan tergadap kenaikan taraf perekonomian masyarakat. Namun 40,46% masih menilai preferensi kebijakan kenaikan PPN 12% logis dan rasional sehingga setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut. Adapun yang netral hanya 2,94% serta 1,26% tidak tahu/tidak menjawab,” pungkas Herry Mendrofa.
(Khafid Mardiyansyah)