JAKARTA - Sudan terpecah menjadi dua negara, Sudan dan Sudan Selatan, karena perbedaan budaya, etnis, dan agama yang sangat mencolok antara wilayah utara dan selatan, yang menyebabkan ketegangan dan konflik berkepanjangan selama berabad-abad. Berikut adalah beberapa faktor utama yang menyebabkan perpecahan ini.
Berikut faktor-faktor utama yang menyebabkan Sudan terpecah.
Sudan bagian utara didominasi oleh orang-orang Afro-Arab yang berbahasa Arab dan mayoritas beragama Islam. Sebaliknya, Sudan Selatan dihuni oleh suku-suku Nilotik yang memiliki budaya dan bahasa berbeda serta berkulit lebih gelap. Mereka awalnya menganut animisme dan pemujaan roh sebelum agama Islam dan Kristen mulai berkembang di wilayah mereka.
Selama berabad-abad, orang-orang di utara Sudan sering menangkap dan memperbudak orang-orang di selatan, yang mereka anggap sebagai "abeed" atau budak. Perbudakan ini mencapai puncaknya pada abad ke-19, ketika Sudan menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah-Mesir. Bahkan setelah perbudakan resmi dihapus, diskriminasi dan eksploitasi terhadap masyarakat Sudan Selatan tetap berlanjut.
Saat Inggris menguasai Sudan pada akhir abad ke-19, mereka menjalankan Sudan Utara dan Sudan Selatan secara terpisah. Namun, ketika Inggris memberikan kemerdekaan pada tahun 1956, mereka menyatukan keduanya dalam satu negara tanpa mempertimbangkan perbedaan mendasar antara kedua wilayah tersebut. Keputusan ini menjadi awal dari ketegangan politik yang memicu perang saudara.