Surat kabar pertama yang diterbitkan di Indonesia adalah Bataviase Nouvelles, yang terbit dari Agustus 1744 hingga Juni 1746. Seiring waktu, pers berkembang dan menjadi alat perjuangan bagi tokoh-tokoh pergerakan dan pejuang kemerdekaan.
Salah satunya adalah Tirto Adhi Soerjo, yang dikenal sebagai Bapak Pers Indonesia. Tirto, yang lahir di Blora pada 1880, mendirikan Medan Prijaji pada 1907.
Surat kabar mingguan ini menggunakan bahasa Melayu untuk menampung aspirasi masyarakat dan memungkinkan pembaca mengirimkan tulisan serta aduan mengenai ketidakberesan di berbagai sektor. Tirto menggunakan media ini sebagai sarana perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Selain Tirto, ada juga tokoh pers perempuan yang tak kalah penting, yaitu Ruhana Kuddus. Sebagai wartawan wanita pertama di Indonesia, Ruhana memainkan peran penting dalam gerakan emansipasi perempuan.
Ia mendirikan Soenting Melajoe, sebuah surat kabar yang diterbitkannya pada awal 1900-an untuk memberi ruang bagi pemikiran dan perjuangan perempuan. Selain itu, ia juga mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia di Sumatera Barat, yang mendukung pendidikan bagi kaum perempuan.