JAKARTA - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo menyebutkan Paus Fransiskus bukanlah sekedar Pemimpin Gereja Katolik belaka, tapi pribadi yang mewariskan nilai kemanusiaan yang mulia.
"Paus Fransiskus itu bukan sekedar pemimpin Gereja Katolik tetapi adalah pribadi yang mewariskan nilai-nilai kemanusiaan yang mulia. Hampir semua mengatakan itu, isinya itu jadi tidak memandang agamanya itu apa, tapi beliau adalah tokoh kemanusiaan," ujarnya di Gereja Katedral Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Menurutnya, hampir semua orang pun mengatakan hal serupa tentang Paus Fransiskus. Paus Fransiskus sekaligus tokoh kemanusiaan, yang mana sampai akhirnya hayatnya beliau selalu membicarakan cita-citanya tentang perdamaian.
"Sampai akhir hayatnya kan kalau kita ingat hari Minggu yang lalu, dalam keadaan kesehatan yang sudah begitu tidak bagus, (Paus Fransiskus) masih datang ke lapangan Santo Petrus dan masih berbicara tentang perdamaian. Itulah yang ada di dalam hatinya, itulah yang beliau ajarkan dalam berbagai macam kesempatan dan dengan teladan," tuturnya.
Dia mencontohkan, saat berkunjung ke Indonesia, jendela kaca mobil tempatnya duduk tak ditutup bukan semata-mata karena alasan praktis. Namun, Paus Fransiskus ingin menyapa semua orang lantaran dalam hati dan pikirannya, Paus selalu berbicara tentang perdamaian.
"Saya ambilkan contoh, kenapa beliau waktu datang ke sini itu mobilnya tidak ditutup jendelanya, itu bukan karena alasan praktis saja, karena beliau ingin menyapa, kalau boleh memegang anak-anak. Tetapi di latar belakang itu ada pikiran begini, saya itu setiap hari bicara tentang damai, nah kalau saya takut berhadapan dengan orang, kesaksian saya untuk membawa damai tidak ada gunanya," jelasnya.
Maka itu, tambahnya, Paus Fransiskus tak takut terhadap apapun, termasuk potensi ancaman lantaran dia menganggap semua orang adalah saudara. Disamping itu, dia sadar jika dirinya merupakan pembawa damai sebagaimana yang selalu disampaikannya tersebut.
"Jadi, dia tidak takut akan apapun karena memandang sama, orang pasti bersaudara. Jadi ada keyakinan seperti itu, bukan sekedar karena beliau orang baik, ingin menyapa, melihat, tapi di belakang itu saya yakin beliau mempunyai pikiran, saya setiap kali berbicara selalu bicara tentang damai," paparnya.
"Kalau saya takut diancam lalu kesaksian itu semua tidak ada gunanya, karena itu hanya omongan. Sementara ketika beliau membuka jendela mobil, ini bukan omongan, ini simbol bahwa beliau tidak takut akan apapun karena beliau pembawa damai," kata Kardinal lagi.
(Puteranegara Batubara)