Salah satu narasumber yang akan menjadi mentor pada program ini, Lara Norgaard, penulis esai dan penerjemah fiksi Indonesia, Brasil, dan Amerika Latin, melalui video mengungkapkan antusiasmenya terlibat aktif sebagai mentor Laboratorium Penerjemah Sastra. Ia berharap program ini dapat menjadi ruang pembelajaran dan kolaborasi bagi penerjemah-penerjemah pemula Indonesia.
Senada dengan itu, Jérôme Bouchaud, agen sastra di Astier-Pecher Literary Agency yang berbasis di Paris, yang juga sebagai mentor Promotor Sastra menyebutkan Sastra Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk dikenal secara internasional.
“Kita perlu lebih cermat dalam mengidentifikasi potensinya, mengangkatnya kembali, dan mengembangkannya. Dalam laboratorium ini, peserta akan dibimbing mulai dari dasar-dasar profesional hingga simulasi praktik, termasuk bagaimana menyusun naskah, membangun kepercayaan dengan penulis, memahami hak cipta dan kontrak, serta mempersiapkan karya terjemahan untuk memasuki pasar internasional, sebutnya dalam video yang ditayangkan pada diskusi publik,” ujarnya.
Diskusi publik ini turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Promosi, Diplomasi, dan Kerja Sama Budaya Endah T.D. Retnoastuti; Direktur Bina SDM, Lembaga, Pranata Kebudayaan Irini Dewi Wanti; Direktur Pengembangan Budaya Digital Andi Syamsu Rijal; dan Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Anissa Rengganis.
Hadir juga sebagai narasumber dalam kegiatan ini, antara lain Dalih Sembiring (penerjemah), Eka Kurniawan (penulis), Lara Norgaard (penerjemah), Jérôme Bouchaud (agen sastra), Dhianita Kusuma Pertiwi (penerjemah), dan Yani Kurniawan (agen sastra).
“Sastra sangatlah penting di dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia karena dari sastra bisa lahir banyak ekspresi-ekspresi budaya yang lain, termasuk banyak film yang merupakan adaptasi dari karya-karya sastra, misalnya film adaptasi karya Mochtar Lubis, Jalan Tak Ada Ujung dan Hujan Bulan Juni adaptasi puisi Pak Sapardi,” ucap Menbud Fadli.