Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

PCO: Rakyat Jelata Bukan Penghinaan, Pidato Bung Karno sebagai Semangat Juang

Binti Mufarida , Jurnalis-Senin, 30 Juni 2025 |16:46 WIB
PCO: Rakyat Jelata Bukan Penghinaan, Pidato Bung Karno sebagai Semangat Juang
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi: Foto: Setneg
A
A
A

JAKARTA - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi menjelaskan kata "rakyat jelata" sering digunakan dalam pidato Presiden pertama RI, Soekarno atau Bung Karno. Penjelasan ini terkait Juru Bicara (Jubir) PCO Adita Irawati yang dihujat warganet usai menanggapi kasus Miftah Maulana Habiburrahman yang mengolok-olok penjual es teh saat tengah berceramah.

“Saya kasih gambaran ya, ada Mbak Adita. Mbak Adita harus membuat video minta maaf. Walaupun saya dengan berat hati meminta Mbak Dita membuat video karena mengucapkan kata rakyat jelata,” kata Hasan dalam dialog di Universitas Al Azhar, Jakarta, Senin (30/6/2025).

Penggunaan istilah tersebut menjadi kontroversial karena viral di media sosial dan dianggap sebagai bentuk penghinaan oleh sebagian orang. Padahal secara istilah rakyat jelata diakui dan tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

“Rakyat jelata itu buat orang yang bikin viral menganggap itu penghinaan,. Kata rakyat jelata itu masuk dalam KBBI. Mbak Dita nangis waktu itu harus minta maaf. Tapi karena tekanan publik berdasarkan viralitas,” katanya.

 

Dalam konteks sejarah bangsa, istilah rakyat jelata justru sarat makna perjuangan. Ia menyebut Bung Karno kerap menyuarakan istilah itu dalam pidato dan tulisannya sebagai bentuk keberpihakan terhadap kaum kecil.

“Rakyat jelata itu mungkin salah satu kata yang paling sering disebut Bung Karno dalam tulisan dan pidatonya. Bukan karena menghina, tapi bagian dari semangat juang. Rakyat jelata itu kata-katanya Sarinah kepada Bung Karno. Sarinah itu ibu asuhnya Bung Karno. Kata-katanya Sarinah kepada Bung Karno, jangan lupakan rakyat jelata,” jelasnya.

Selain itu, pidato-pidato legendaris seperti yang disampaikan Bung Tomo pada 10 November 1945 di Surabaya juga diawali dengan seruan kepada rakyat jelata. Memperkuat bahwa istilah tersebut memiliki tempat dalam sejarah perjuangan Indonesia.

“Pidato Bung Tomo, kalian searching aja pidato Bung Tomo ketika 10 November di Surabaya kalimat pertamanya Rakyat jelata,” tambah Hasan.

 

Hasan berharap masyarakat bisa lebih bijak dalam menanggapi istilah-istilah yang kaya akan konteks sejarah bahkan dianggap sebagai penghinaan.

“Tapi hari ini karena ada orang yang ya kita tidak tahu maksudnya apa menganggap jelas atau sebagai penghinaan kemudian diikuti oleh banyak orang jadi benar kata-kata rakyat jelata sebagai penghinaan. Tapi coba hari ini diucapkan lagi rata-rata belum tentu sebagai penghinaan,” pungkasnya. 

(Fetra Hariandja)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement