Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Gusti Jelantik dan Perlawanan Gigih Bali terhadap Belanda

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 12 Agustus 2025 |08:45 WIB
Kisah Gusti Jelantik dan Perlawanan Gigih Bali terhadap Belanda
Perang kerajaan (foto: wikipedia)
A
A
A

ULTIMATUM Belanda terkait penghapusan hukum tawan karang dan pengakuan kekuasaan tidak membuat kerajaan-kerajaan di Bali tunduk. Para raja, khususnya di Buleleng dan Karangasem, justru mempersiapkan pasukan untuk menghadapi kemungkinan perang.

Gusti Jelantik, Raja Buleleng, memerintahkan prajuritnya memperkuat kubu-kubu pertahanan serta mempersiapkan persenjataan demi menjaga wilayah jika Belanda melancarkan serangan.

Pada 27 Juni 1846, pasukan ekspedisi Belanda mendarat di Pantai Buleleng. Kekuatan mereka mencapai 1.700 prajurit darat, terdiri dari 400 serdadu Eropa, 700 serdadu pribumi, 100 serdadu Afrika, dan 500 pasukan bantuan dari Madura. Selain itu, Belanda juga mengerahkan pasukan laut menggunakan kapal-kapal sewaan.

Karena Raja Buleleng tidak memberikan jawaban atas ultimatum, pasukan Belanda segera melakukan pendaratan. Prajurit-prajurit Bali yang telah bersiap menyambut serangan pun terlibat baku tembak. Hujan tembakan meriam dari kapal Belanda memaksa pasukan Bali mundur dari garis pertahanan pantai, sebagaimana dicatat dalam Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia.

 

Pertempuran meluas hingga kampung-kampung dan sawah-sawah. Satu per satu benteng pertahanan prajurit Bali di pesisir jatuh ke tangan Belanda. Benteng utama di Buleleng, meski dipertahankan dengan gigih pada 28 Juni 1846, akhirnya juga ditinggalkan dan diduduki Belanda.

Kekalahan ini membuka jalan bagi pasukan Belanda untuk menyerang Singaraja, ibu kota Kerajaan Buleleng. Pasukan Bali di Singaraja bertempur sengit mempertahankan istana raja, namun kalah oleh keunggulan persenjataan musuh. Pada 29 Juni 1846, istana raja berhasil direbut Belanda.

Raja Buleleng dan Gusti Jelantik beserta pasukannya mundur ke Jagaraga, lalu akhirnya memutuskan berdamai dengan pihak Belanda.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement