JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan prihatin atas meninggalnya aktivis asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Vian Ruma (30), yang dikenal aktif dalam gerakan penolakan geotermal di daerahnya. Atas tragedi ini, Daniel menegaskan, tak boleh ada kekerasan atau kriminalisasi terhadap suara masyarakat yang kritis.
Baginya, kasus ini tak hanya menyangkut hilangnya nyawa Vian Ruma, tetapi juga menimbulkan tanda tanya besar terkait perlindungan terhadap masyarakat lokal dan aktivis lingkungan. Ia menegaskan, tak boleh ada intimidasi dan kekerasan terhadap masyarakat yang kritis.
“Tidak boleh ada praktik intimidasi, kekerasan, atau kriminalisasi terhadap suara masyarakat yang kritis terhadap proyek-proyek strategis,” ujar Daniel, dikutip Rabu (10/9/2025).
Daniel pun meminta aparat kepolisian dan Pemda setempat segera mengungkap kasus kematian Vian secara terang benderang. “Kami mendesak pemerintah pusat, aparat penegak hukum, dan pemerintah daerah untuk segera mengusut tuntas kasus ini secara transparan agar tidak menimbulkan spekulasi yang dapat memperlebar jarak antara negara dan rakyat,” desak Daniel.
Legislator dari Dapil Kalimantan Barat I itu juga menekankan pentingnya dialog terbuka dalam setiap perencanaan pembangunan energi, termasuk geotermal. Hal ini, kata Daniel, agar masyarakat tidak merasa dimarjinalkan dan hak-hak mereka tetap terjamin.
“Tragedi ini harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk memperkuat komitmen terhadap perlindungan aktivis lingkungan, memastikan partisipasi publik yang bermakna,” sebutnya.
“Serta membangun pembangunan hijau yang benar-benar berpihak pada rakyat dan kelestarian alam Indonesia,” pungkasnya.
Diketahui, Vian Ruma (30), aktivis yang aktif dalam gerakan penolakan proyek geotermal di Pulau Flores, NTT ditemukan meninggal dengan posisi tergantung di dalam sebuah pondok tengah kebun yang berada di Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, pada Jumat 5 September 2025.
Di lokasi juga ditemukan sepeda motor miliknya yang diparkir di luar pondok, serta telepon genggam yang tergeletak tak jauh dari posisi korban. Korban sudah dimakamkan di kampung halamannya di Desa Ngera, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo, Sabtu 6 September 2025.
(Arief Setyadi )