JAKARTA – Seorang hakim di Albania ditembak mati setelah seorang pria melepaskan tembakan selama persidangan di Pengadilan Banding di ibu kota Tirana. Hakim Astrit Kalaja meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit, kata para pejabat, sementara dua orang lainnya yang terlibat dalam persidangan sengketa properti—seorang ayah dan anak—tertembak tetapi mengalami luka-luka yang tidak mengancam jiwa.
Polisi mengatakan mereka telah menangkap seorang tersangka pria berusia 30 tahun yang mereka identifikasi dengan inisial "E Sh", tetapi media Albania menyebut tersangka sebagai Elvis Shkëmbi.
Perdana Menteri Albania Edi Rama menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Hakim Kalaja. Dia juga menyerukan keamanan yang lebih ketat di pengadilan Albania dan hukuman yang lebih berat bagi kepemilikan senjata ilegal.
"Agresi kriminal terhadap hakim tersebut tidak diragukan lagi membutuhkan tanggapan hukum yang paling ekstrem terhadap pelakunya," kata Presiden Edi Rama.
Dilaporkan oleh BBC, tersangka pembunuhan Hakim Kalaja melepaskan tembakan karena ia memperkirakan akan kalah dalam kasus tersebut, menurut laporan media lokal. Paman Shkëmbi dan petugas keamanan pengadilan juga dilaporkan telah ditangkap atas penembakan tersebut.
Serangan senjata api terhadap hakim di ruang sidang jarang terjadi, tetapi memang pernah terjadi. Satu dekade lalu, seorang hakim di Istana Kehakiman Milan ditembak mati oleh seorang pria yang sedang diadili dalam kasus kebangkrutan. Penembak itu juga membunuh seorang pengacara dan rekan terdakwanya sebelum melarikan diri, tetapi kemudian ditangkap.
Hakim Kalaja adalah seorang pengacara selama lebih dari 30 tahun. Ia awalnya bekerja di pengadilan distrik sebelum diangkat ke Pengadilan Banding Tirana pada 2019.
Di antara negara-negara Balkan, Albania memiliki jumlah insiden senjata api tertinggi yang terkait dengan sengketa publik dalam enam bulan pertama tahun ini, menurut pemantau regional yang didukung PBB.
Antara Januari dan Juni, terdapat 43 kasus di mana senjata api terlibat dalam sengketa publik di Albania, dari total 213 insiden terkait senjata api.
Namun, jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan jumlah yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu, dan lebih sedikit dibandingkan jumlah insiden yang dilaporkan di Kosovo, Montenegro, dan Bosnia dan Herzegovina pada paruh pertama tahun 2025.
(Rahman Asmardika)