GAZA - Seorang pejabat tinggi Hamas, Khalil al-Hayya, mengumumkan bahwa perang di Gaza telah berakhir, menyusul adanya jaminan dari Amerika Serikat dan sejumlah mediator internasional bahwa permusuhan tidak akan dilanjutkan.
Al-Hayya mengatakan, bahwa rencana perdamaian yang diajukan Presiden AS Donald Trump akan menjadi awal dari gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas.
“Semua pihak mengonfirmasi bahwa perang telah sepenuhnya berakhir,” ujar al-Hayya dalam pernyataannya, seperti dilansir dari rtnews, Jumat (10/10/2025).
Ia menambahkan, bahwa Hamas akan bekerja sama dengan seluruh kekuatan nasional dan kelompok Islam di Palestina untuk melaksanakan langkah-langkah lanjutan yang disepakati dalam perjanjian tersebut.
Menurut al-Hayya, kesepakatan yang dicapai dalam pembicaraan di Sharm el-Sheikh, Mesir, mencakup pembukaan perbatasan Rafah, penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.
Ia menegaskan, bahwa kelompoknya menangani rencana presiden Amerika secara bertanggung jawab dan memberikan tanggapan yang bertujuan mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Sementara itu, kabinet Israel dilaporkan masih melakukan pemungutan suara untuk meratifikasi perjanjian tersebut.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir sebelumnya menyatakan bahwa ia dan partainya menolak rencana perdamaian Trump, serta akan meninggalkan pemerintahan jika Hamas diizinkan mempertahankan kendali atas Gaza. Ia juga menilai pertukaran tahanan dengan Hamas sebagai “harga yang tak tertahankan.”
Menurut laporan media Israel, pasukan Israel akan ditarik mundur ke garis yang telah ditentukan dalam 24 jam setelah kesepakatan diratifikasi, dengan Israel tetap menguasai sekitar 53 persen wilayah Gaza.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Hamas akan membebaskan seluruh sandera yang masih hidup dalam waktu 72 jam, sementara Israel akan membebaskan sekitar 1.950 tahanan Palestina, termasuk 250 terpidana seumur hidup serta semua perempuan dan anak di bawah umur yang ditahan sejak 2023.
Berdasarkan data Saluran 12 Israel, pembebasan tahanan Palestina baru akan dilakukan setelah Hamas menuntaskan pembebasan seluruh sandera Israel. Saat ini, sekitar 48 sandera masih ditahan di Gaza, dan Israel memperkirakan sekitar 20 di antaranya masih hidup.
Perang antara Israel dan Hamas meletus pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Sebagai balasan, operasi militer Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, menurut pejabat setempat, serta menimbulkan kerusakan luas dan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut.
(Awaludin)