BOGOR - Cukupkah lima liter beras untuk porsi makan 24 orang? Entahlah. Yang pasti bagi Miong, kepala keluarga yang tinggal bersama dua lusin anggota keluarganya, mereka hanya mampu menyedikan dua liter beras perharinya.
Maklum saja, Miong hanya menggantungkan hidup dari bertani dan menjaga vila. Untuk kebutuhan makan istri, anak, dan cucu-cucunya, Miong memanfaatkan sepetak sawah miliknya. Kuli cangkul pun menjadi pekerjaan untuk menambah penghasilan Miong.
"Apa yang saya kerjakan tidak cukup untuk memberi makan anak dan cucu saya," kata miong singkat.
Tak cukup sampai di situ, penderitaan Miong pun bertambah dengan ketidakmampuan membeli lauk pauknya bagi anak-anak dan 14 cucunya. Makan dengan garam ditambah lalab dan sambel menjadi menu harian keluarga besar ini.
Ditanya soal adanya bantuan dari pemerintah Kabupaten Bogor yang APBD-nya menjulang bahkan terbesar kedua se-Jawa Barat, Miong mengaku hingga saat ini dia belum pernah menerimanya.
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau program keluarga harapan yang menjadi program untuk warga miskin, hanya omong kosong bagi Miong. Dengan alasan tak memiliki KTP, pemerintah setempat pun menolaknya untuk mencairkan dana dana program tersebut.
"Kami sudah pasrah, untuk ngurus KTP kan harus keluar biaya," katanya.
(Dede Suryana)