Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jangan Nongkrong di Flyover Kalau Tak Mau Seperti Ini

Catur Nugroho Saputra , Jurnalis-Selasa, 19 Juli 2011 |15:01 WIB
Jangan <i>Nongkrong</i> di <i>Flyover</i> Kalau Tak Mau Seperti Ini
blogspot (ilustrasi)
A
A
A

JAKARTA – Jembatan layang atau fly over di Jakarta, belakangan ini memiliki fungsi ganda. Selain menjadi sarana kendaraan hilir mudik, jalan laying juga menjadi tempat kumpul dan berkencan bagi anak muda.

Namun, menjalankan aktivitas yang tak lazim di jalan layang sangat beresiko menimbulkan musibah. Bahkan, resiko terparah bisa berujung kepada kematian. Sebab, di tempat tersebut kendaraan berbagai jenis berlalu-lalang dengan kecepatan tinggi.

Seperti yang terjadi di jembatan layang Pasar Rebo. Pada 2009 silam, sebanyak tiga warga tewas akibat terhantam kendaraan ketika tengah menikmati panorama Kota Metropolitan. Kala itu, pengemudi mobil kehilangan kendali hingga menabrak tiga warga tersebut.

“Tiga warga itu langsung tewas, bahkan dua di antaranya adalah pasangan suami istri. Waktu itu pengendara mobilnya sedang mabuk,” ujar pedagang di jalan layang Pasar Rebo yang menjadi saksi mata, Agus (45), saat berbincang dengan okezone, Selasa (19/7/2011).

Tak hanya itu, ancaman bagi mereka yang berkencan di jalan layang adalah menjadi korban kriminal sekelompok orang. Hal ini terjadi di jalan layang Kemayoran, Jakarta Pusat, kala sepasang kekasih tengah berkencan membunuh waktu pada 15 April 2011 lalu.

Saat asyik memadu kasih, mereka didatangi sekelompok orang yang menggunakan sepeda motor dan berniat untuk merampas sepeda motor milik korban. Beruntung saat kejadian aparat kepolisian dengan mobil patroli tengah melintas. Para pelaku pun dikejar bahkan satu di antaranya terpaksa ditembak karena melawan.

Serba salah memang. Bagaimanapun masyarakat membutuhkan hiburan untuk melepaskan penat. Namun, minimnya saran taman dan ruang terbuka hijau membuat segelintir warga memilih jalan layang untuk dijadikan tempat singgah sejenak. Lantas, siapakah yang harus disalahkan dalam fenomena ini?

(TB Ardi Januar)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement