JAKARTA - Aksi ratusan buruh menuntut kenaikan upah minimum di Kota Batam pada Rabu 23 November kemarin berakhir ricuh. Ratusan orang terluka, empat di antaranya mengalami luka tembak.
Komite Aksi Upah Layak (KAUL) dalam rilisnya kepada okezone mengatakan, buruh yang terlibat aksi di kantor Wali Kota Batam berasal dari kawasan industri Muka Kuning, kawasan industri Tanjung Uncang, kawasan industri Citra Buana dan hampir seluruh buruh kawasan industri di Batam.
Aksi ini dilatarbelakangi deadlock-nya perundingan di Dewan Pengupahan Kota Batam pada Jumat pekan lalu. Tidak ada angka Upah Minimum yang disepakati oleh Dewan Pengupah Kota Batam.
"Padahal sesuai dengan KepMen 226 tahun 2000 pasal (4) ayat (5) ketetapan UMK harus ditetapkan selambat-lambatnya 40 hari sebelum UMK tersebut berlaku," kata Presedium KAUL Said Iqbal, Kamis (24/11/2011).
Sekira pukul 06.00 WIB massa sudah berkumpul di jalan sambil menunggu massa buruh lain. Pukul 10.00 WIB ratusan ribu buruh mulai bergerak menuju kantor Wali Kota, ada yang longmarch atau menggunakan sepeda motor. Mereka berniat bertemu Wali Kota Batam untuk menyampaikan dua hal yakni batasan waktu penetapan UMK yang sudah dilanggar dan tuntutan UMK Batam tahun 2012 sebesar Rp1.760.000.
Upaya buruh menyampaikan aspirasi tidak mendapat respons positif. "Dapat kabar Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menghadiri Muscab gabungan empat DPC Partai Demokrat di Tanjung Pinang," ungkap Said.
Aksi awalnya berlangsung damai, tiba-tiba sekira pukul 15.00 WIB turun hujan. Peserta aksi niat berteduh dengan mendekati pasukan anti huru hara. Namun bukan mendapat perlindungan, saat itu buruh dipukul menggunakan pentungan karet milik petugas keamanan. Rasa terkejut bertambah ketika aparat mengeluarkan tembakan peringatan dan gas air mata. "Ratusan orang terluka akibat bentrok ini, empat mengalami luka tembak," kata dia.
Empat buruh yang tertembak yakni pekerja PT PSECB Yoni Mulyo Widodo, pekerja PT HPM Suprapto, pekerja PT Epson Aris dan pekerja PT Unisem Gagan. Tiga di antara empat korban saat itu berada di mobil komando aksi. Mobil komando pun tak luput dari sasaran tembak aparat dan mengalami rusak parah. "Ini mengindikasikan korban sengaja dibidik tembakan karena dianggap pimpinan aksi," cetusnya.
Tindak kekerasan yang dilakukan aparat sangat disayangkan. Aksi yang awalnya hanya menuntut upah layak kini bertambah. KAUL menuntut agar Wali Kota Batam mundur, mendesak Kapolri untuk mencopot Kapolda Kepulauan Riau dan Wakapolresta Barelang akibat tindakan represif polisi.
"Kementerian Hukum dan HAM harus berkoordinasi dengan Kapolri untuk melakukan investigasi dan mengadili pelaku penembakan dan yang memberi instruksi tersebut," pungkasnya.
(Muhammad Saifullah )