Pasek: Corby Punya Daya "Ledak" Tinggi
DENPASAR - Grasi yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk terpidana kasus narkoba asal Australia, Schapelle Leigh Corby, dinilai merupakan momentum penting bagi kepentingan diplomasi Indonesia di mata internasional.
Ketua Komisi III DPR, Gede Pasek Suardika, mengatakan langkah pemerintah presiden sudah cukup bagus dan dilakukan dengan sangat hati-hati.
Soal munculnya pro-kontra terkait pemberian grasi, kata Pasek, hendaknya masalah tersebut tidak sekadar dipandang pada penegakan hukum.
“Cara memandang grasi tidak bisa dengan cara pandang penegakan hukum karena dia bukan upaya hukum,” ujar politikus Partai Demokrat itu di Denpasar, Bali.
Grasi tersebut juga untuk menyelamatkan warga Indonesia yang mengalami masalah sama di luar negeri.
Dengan begitu, maka terlihat juga bahwa Pemerintah Indonesia memberikan ruang yang sama. Hal ini juga terjadi saat Pemerintah Indonesia meminta pemerintah negara lain, seperti di Malaysia dan Arab Saudi, untuk tidak menghukum mati WNI.
Menurut Pasek, Corby memiliki daya “ledak” cukup tinggi bagi Indonesia di mata dunia. Kasusnnya cukup menyita perhatian dunia.
Karena itu, lanjut dia, dunia internasional akan menilai bahwa Indonesia telah membuka ruang bagi pemberian grasi. “Kami berharap hal sama bisa dilakukan negara lain ketika ada WNI yang tersandung kasus hukum,” tegas mantan jurnalis asal Bali itu.
Soal tudingan Presiden SBY tidak peka dengan memberikan grasi terhadap napi kasus narkoba, dia menjelaskan saat seseorang telah divonis dan menjalani masa hukuman, berarti kasusnya telah selesai.
Jadi, cara pandangnya bukan dari sisi penegakan hukum. Apalagi, grasi itu lewat proses panjang. Corby sendiri telah mendapat remisi selama menjadi warga binaan di LP Kerobokan Bali.
(Anton Suhartono)
