Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Diduga Cemari Lingkungan, Tambang Emas Diminta Stop Operasi

Muhammad Saifullah , Jurnalis-Jum'at, 07 September 2012 |19:28 WIB
Diduga Cemari Lingkungan, Tambang Emas Diminta Stop Operasi
A
A
A

JAKARTA - PT Meares Soputan Mining atau Tambang Tondano Nusajaya milik Rajawali Grup diminta menghentikan aktivitas pertambangan di bumi Minahasa, Sulawesi Utara, karena dinilai mencemari lingkungan.
 
Imbauan tersebut disampaikan aliansi Masyarakat Transparansi Indonesia (AMTI) dan Sulut Mining Watch (SMW), dalam keterangan tertulis kepada Okezone, Jumat (7/9/2012).
 
Ketua Umum AMTI, Tomi Turangan, menilai kegiatan pertambangan emas yang dilakukan anak perusahaan Rajawali Grup di wilayah Toka Tindung Sulawesi Utara menimbulkan pencemaran dari limbah Tailing Storage Facility (TSF).
 
Hal itu mengancam ekosistem dan kelangsungan hayati daerah ini ditambah berbagai persoalan serius lainnya terkait operasional perusahaan tambang pemilik kontrak karya yang kini kepemilikannya dikuasai Rajawali Corporation.
 
Fakta-fakta pencemaran akibat aktivitas penambangan PT MSM/TTN, ungkapnya, selalu dibantah perusahaan. Padahal hasil investigasi Sulut Mining Watch yang menjadi partner AMTI menemukan fakta di lokasi penambangan MSM yang sangat mencengangkan. Akibat pencemaran limbah TSF ekosistem di sekitarnya rusak dan tercemar.
 
Misalnya, pohon-pohon di sekitar TSF sudah banyak yang kering, padahal pohon tersebut di sekelilingnya ada airnya, ini menandakan air tersebut beracun. "PT MSM boleh saja berkelit jika ini adalah siklus tertutup, tapi apakah pihak MSM lupa jika air yang terkontaminasi racun akan dapat merembes ke aliran air bawah tanah atau sumber mata air bawah tanah serta meresap melewati aliran sungai-sungai yang  ada di sekitar tambang. Apa jaminan pihak MSM/TTN air beracun tidak akan mencemari lingkungan," tanya Tommy.
 
Tommy menambahkan, masyarakat merasakan langsung dampak ketika hujan tiba, Sungai Batupangah menjadi kotor dan sudah tidak layak digunakan untuk mencuci pakaian apalagi untuk konsumsi.
 
Ternyata tidak saja ketika hujan, ketika belum hujan air kadang-kadang keruh dan kotor akibat kegiatan yang penambangan MSM/TTN di Pit Kopra. Keluhan masyarakat ini ternyata setelah ditelusuri penyebabnya karena MSM/TTN tidak mempersiapkan bangunan penahan sedimen di sekitar area sungai tersebut.
 
Tommy mengaku telah menyampaikan protes melalui unjuk rasa ke gedung Rajawali Grup dan juga kantor Kementerian Lingkungan Hidup, pada Kamis 6 September kemarin, tapi tidak mendapat tanggapan serius.

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement