LAMPUNG - AJI Bandar Lampung berharap media yang memberitakan konflik di Lampung mengarahkan pada penyelesaian dan perdamaian. Media diharapkan bisa berperan sebagai peredam konflik di masyarakat.
"Jangan hanya menampilkan kekerasan dan memanas-manasi sehingga konflik tidak berujung dan tidak ada penyelesaian," kata Ketua AJI Bandar Lampung Wakos Gautama, Senin (29/10/2012).
Wakos menjelaskan, berita soal konflik menjadi santapan media. Hampir semua media cetak di Lampung menempatkan berita kerusuhan itu di halaman depan. Bahkan menjadi headline halaman pertama.
Untuk itu, tambahnya, AJI Bandar Lampung mengimbau kepada semua media, cetak, online, dan elektronik, untuk mengedepankan penyelesaian konflik dalam memberitakan kerusuhan yang terjadi.
Menurut Wakos, pengemasan berita konflik perlu menggunakan konsep peace journalism, yaitu mengusung niatan baik untuk membantu terciptanya perdamaian dalam konflik tersebut.
Media, kata wakos, jangan menampilkan foto-foto vulgar yang memuat korban yang tewas dalam konflik. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kemarahan dari pihak lain dan memancing kerusuhan yang lebih besar.
"Berita konflik jangan diarahkan pada kerusuhan suku dan agama. Berita yang mengarahkan pada konflik agama dan suku bisa memantik konflik yang lebih meluas," kata dia.
AJI pun menghimbau agar semua media berimbang dalam memberitakan kerusuhan. Jangan sampai memihak kepada salah satu kelompok. Media pun harus mengakomodir semua kelompok supaya konflik bisa segera mereda dan berujung pada penyelesaian.
Wakos menambahkan, banyak gambar-gambar dan isu-isu yang beredar berkaitan dengan konflik di Lampung Selatan. Beredarnya gambar dan isu itu melalui internet, telepon genggam (handphone), media sosial, dan BlackBerry Mesangger (BBM).
Mengantisipasi makin keruhnya konflik, jelas Wakos, media harus memverifikasi dan melakukan chek, rechek, serta croscheck, terhadap semua foto dan informasi yang bertebaran. Jangan sampai berita bohon muncul dan diterbitkan media.
(Rizka Diputra)