JAKARTA - Pihak Istana menilai sikap Politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana yang meminta maaf kepada istri Gus Dur, Nuriah Abdurahman Wahid dan keluarga sebagai sikap ksatria.
Pernyataan Sutan sendiri terbakar oleh fitnah yang diutarakan Adhie Masardi kepada Presiden SBY. Adhie Masardi berkata bahwa SBY mendapat gelar dari Ratu Inggris karena barter dengan LNG Tangguh. Selain itu, BP Migas dibubarkan disebut juga oleh Adhie Masardi sebagai bukti kalau SBY melindungi koruptor.
"Kalau pernyataan-pernyataan Adhie Masardi benar seperti itu, adalah sebuah perbuatan gegabah yg sepantasnya dimintakan pertanggung jawabannya. Persoalannya sekarang sosok seperti Adhie Masardi ini terbiasa untuk berani mempertanggung jawabkan perkataannya atau tidak," kata Staf Khusus Presiden Heru Lelono dalam pesan singkatnya.
Heru menilai tuduhan Adhie Masardi tanpa bisa dibuktikan. "Apakah Adhie Masardi tidak sebaiknya bertanya mengapa, kepada siapa saja yang dulu membentuk dan menyetujui melahirkan BP Migas? Apakah SBY yg minta-minta gelar kepada Ratu Inggris?
"Karena inisiatif pemberian gelar itu pasti berasal dari Ratu Inggris, coba AM tanya ke Ratu Inggris, mengapa memberi gelar untuk Presiden RI," tuturnya.
Dalam pandangan Heru, Indonesia tidak membutuhkan komponen bangsa yang hanya mengumbar permusuhan di antara anak bangsa. Drama ini adalah tambahan pendidikan berpolitik yg baik.
Menurutnya, Sutan Bhatoegana dengan segala khilafnya karena terbakar emosional, dengan berani bersedia meminta maaf kepada keluarga Presiden Abdurahman Wahid.
"Kita tunggu sikap kesatria Adhie Masardi. Karena salah satu ciri kesatria adalah berbicara dan bersikap dengan jujur. Indonesia memerlukan semakin banyak komponen yang jujur, yang kesatria,"pungkasnya.
(Risna Nur Rahayu)