JAKARTA - Pembangunan industri pesawat terbang di Indonesia diakui Presiden RI ketiga BJ Habibie didanai oleh hasil sumber daya alam di Indonesia, yakni salah satunya penjualan dari ekspor minyak yang dilakukan Pertamina.
Hal itu diakui Habibie saat bercerita mengenai perjumpaan pertama dirinya dengan Presiden RI kedua Soeharto di Indonesia, setelah dirinya belajar dan berkarya di Jerman. Ia bercerita perjumpaan itu membahas tentang permintaan Soeharto untuk mengembangkan teknologi di Indonesia.
"Kepada Pak Harto waktu itu saya tegaskan enggak mau uang dari pinjaman, waktu itu sedang ada IGGI, saya enggak mau dibiayai pejabat, karena enggak akan mampu membiayai seluruh teknologi ini, saya maunya dari sumber daya alam," kenang Habibie di kediamannya, di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan, Minggu (24/5/2015).
Menurut Habibie, saat itu dirinya dimintai Soeharto untuk membuat suatu satelit yang dapat meningkatkan jaringan komunikasi di Indonesia.
"Saya dapat telefon dari Deplu orang Jerman. Presiden kamu mau datang dan Anda harap datang hari Jumat. 'Ada apa? Saya lagi sibuk'. Itu permintaan, pokoknya Anda harus datang. Saya sebagai karyawan dari perusahaan Jerman waktu itu terbesar dalam bidang pertahanan, oke saya datang. Itu pertama saya datang tanggal 28 Januari 1974," tutur Habibie.
Saat itu, Soeharto meminta kepadanya untuk mengembangkan Iptek di Indonesia, antara lain membuat satelit dan pesawat terbang. Namun, suami dari Ainun ini hanya menyanggupi untuk membuat industri strategis pembuatan pesawat.