Insiden Cakalele Biang Kerok SBY Batal ke Belanda

Muhammad Saifullah , Jurnalis
Kamis 07 Oktober 2010 08:42 WIB
Ilustrasi (Dok. Okezone)
Share :

JAKARTA- Masih ingatkan Anda dengan insiden upaya pengibaran bendera RMS oleh para penari Cakalele di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon pada Jumat 19 Juni 2007 lalu?

Ya, kisah kelam itulah yang menjadi pemicu pembatalan kunjungan SBY ke Belanda pada Selasa 5 Oktober kemarin. Cerita bermula saat sebuah NGO yang bergerak dibidang HAM asal Australia pada bulan lalu merilis data bahwa aparat keamanan Indonesia memberikan perlakuan tidak manusiawi terhadap 19 penari Cakalele yang ditahan hingga saat ini di Ambon.

Berbekal laporan ini para petinggi RMS di Belanda pun lantas berupaya membawa persoalan ini ke pengadilan dan menuntut agar Presiden SBY ditangkap saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Belanda.

“Iya, laporan itu yang menjadi pemicu awalnya,” ujar pengamat intelijen Andi Wijayanto kepada okezone di Jakarta, Kamis (7/10/2010).

Tuntutan penangkapan terhadap SBY disampaikan melalui kort geding (prosedur dipercepat) ke pengadilan Den Haag oleh Presiden RMS John Wattilete.

RMS menuding Presiden SBY sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kejahatan kemanusiaan terhadap para aktivis RMS di Maluku. Mereka juga menuding adanya pelanggaran HAM atas penahanan dan penyiksaan terhadap rekan-rekannya di Maluku yang konon ditangani Densus 88.

Dalam tuntutannya, Wattilete juga meminta agar Presiden RI menjelaskan di mana jasad mantan Presiden RMS Soumokil dimakamkan serta membebaskan para aktivis RMS yang kini masih berada dalam tahanan.  
Tak ingin ada insiden lanjutan, Presiden SBY lantas memutuskan membatalkan lawatannya ke Belanda, meski kemudian pengadilan setempat menolak permohonan RMS.
 
Insiden Cakalele berlangsung saat SBY menghadiri Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-14 di Lapangan Merdeka Ambon, Jumat (29 Juni 2007) lalu. Saat itu Presiden dikagetkan dengan puluhan penari Cakalele yang masuk ke lapangan.
 
Saat Gubernur Maluku Albert Karel Ralahalu memberikan kata sambutan dalam acara tersebut, penari Cakalele masuk ke lapangan dengan berpakaian adat, bertelanjang dada, membawa parang dan tameng.
 
Di tengah guyuran hujan mereka mulai menari. Sambil mendekati panggung utama tempat Presiden SBY duduk, mereka membentuk formasi kotak dan salah seorang penari yang berada di tengah mencoba untuk membentangkan bendera Republik Maluku Selatan (RMS).
 
Namun upaya pembentangan bendera RMS di depan Presiden SBY gagal dilakukan karena aparat keamanan segera mengamankan bendera RMS dan menghalau para penari Cakalele keluar dari lapangan.
 
Berdasarkan catatan, gerakan separatis RMS berhasil ditumpas oleh TNI pada 1952, dua tahun setelah RMS diproklamirkan oleh Dr. Christiaan Robert Steven Soumokil pada 25/4/1950. Soumokil berhasil meloloskan diri dan meneruskan gerilya sampai akhirnya berhasil ditangkap pada 1962 dan empat tahun kemudian dieksekusi mati. Sejumlah pendukung RMS lantas meminta suaka politik di Belanda dan membentuk semacam pemerintahan pengasingan.

(Muhammad Saifullah )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya