Anak Butuh Teladan untuk Bisa Jujur

Marieska Harya Virdhani, Jurnalis
Minggu 19 Juni 2011 13:03 WIB
Alif, siswa SDN Gadel II yang diminta gurunya memberikan contekan. (Dok: Sun TV)
Share :

DEPOK- Kasus menyontek saat Ujian Nasional yang terjadi di SDN Pesanggrahan 06 dan SDN Gadel II Surabaya menjadi bukti bahwa nilai-nilai kejujuran di Indonesia telah hilang.

Masyarakat pun justru memusuhi para peniup peluit contek massal yang merobek nilai-nilai kejujuran.

Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok Idris Abdul Somad mengungkapkan, selain diajarkan dalam pelajaran budi pekerti, seluruh agama juga mengajarkan manusia untuk bersikap jujur.

Menurut Idris, saat ini Indonesia membutuhkan keteladanan dan figur pemimpin yang jujur. Sebab, menurutnya, anak dapat dengan mudah mencontoh segala perilaku orang-orang di sekitarnya. Jika ada orang baik dan jujur, maka anak dengan sendirinya akan mencontoh. Namun kejadian di Surabaya dan Jakarta menunjukkan kejujuran justru ditunjukkan anak.

“Imbauannya justru bukan kepada anak. Anak itu kan ibarat kertas putih yang mudah mencontoh. Ssaat ini saja justru jujur diajarkan oleh anak. Negara ini perlu keteladanan dan kejujuran dari pemimpin,” kata Idris yang juga menjabat Wakil Wali Kota Depok, Minggu (19/6/2011).

Di dalam Islam, lanjut Idris, jujur adalah salah satu sifat Nabi Muhammad SAW. Sebaliknya, mencontek adalah bibit dari tindak korupsi.

“Dalam agama Islam selalu diajarkan agar tidak berkata dusta, nyontek sama dengan korupsi. Kejadian di Surabaya itu, Siami dan putranya adalah korban dari sistem yang kurang pas. Jangan disalahkan,” ucapnya.

(Anton Suhartono)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya