Manthous, Begawan Campursari Tutup Usia

GUNUNGKIDUL - Dunia musik Indonesia kehilangan begawan campursari dan keroncong, Anto Sugiyarto atau Manthous.
 
Manthous meninggal pada Jumat dini hari tadi di Pamulang, Tangerang Selatan. Jenazah akan disemayamkan di Studio 21 Playen Gunungkidul dan akan dikebumikan pada Sabtu besok sekira pukul 12.00 WIB di Pemakaman Keluarga Playen.

Manthous mengeluh sesak napas setelah jatuh beberapa hari lalu. “Sakit sudah lama kena serangan stroke, namun beliau masih bisa berjalan dan sedikit berkomunikasi,” kata Yunianto, adik kandung Manthous, Jumat (9/3/2012).

Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada 1950. Saat berusia 16 tahun, dia merantau menjadi pengamen. Di Jakarta Manthous sempat ikut dengan seniman kondang seperti Budiman Bj dan almarhum Benjamin Sueb.

Lagu Jamilah yang dipopulerkan Jamal Mirdad, pada 1986 salah satu karya Manthous yang meledak pada tahun itu, bahkan mendapat anugrah musik dari Malaysia.

Setelah itu mengeluarkan lagu Getuk, yang dinyanyikan Nurafni Oktafia dan lagu Kangen, Evitamala. Selain itu pada 1990-an, dia pulang ke tanah kelahirannya untuk mendirikan musik campursari pertama yang diberi nama Campursari Gunungkidul (CSGK).

Campursari merupakan penggabungan antara gamelan dan beberapa alat musik modern. Musik aliran ini mampu meningkatkan seni musik tradisional hingga bersanding bersama musik modern.

Almarhum mendirikan sebuah studio rekaman di Desa Playen. Album pertama Konco Tani disusul Nyidam Sari, kempling, dan harjo sembrono, dan kutut manggung.

Sejumlah artis juga pernah merasakan rekaman di studio yang terletak di Jalan Playen, Wonosari itu di antaranya Sheila on 7, Sawung Jabo, Broery Marantika, Mus Mulyadi, Hadad Alwi, dan Sundari Sukoco.

(Anton Suhartono)