BEBERAPA tokoh besar menghembuskan nafas terakhirnya pada 2013. Presiden Venezuela Hugo Chavez, mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher dan mantan Presiden Afrika Selatan (Afsel) Nelson Mandela wafat meninggalkan masyarakat yang mengelu-elukan mereka.
Chavez wafat dalam usia 59 tahun pada 5 Maret 2013. Dia menutup mata di tengah perjuangannya melawan kanker. Kematian Chavez diratapi sebagian besar warga Venezuela yang melihatnya sebagai pembela rakyat kecil.
Kepergian Chavez bukan hanya mengguncang Venezuela, kawasan Amerika Latin, dunia pun merasakan dampaknya. Chavez merupakan mesin pendorong gerakan sosialis di Amerika Latin. Dia bersahabat dengan pemimpin sosialis Amerika Latin lainnya seperti Presiden Raul Castro dari Kuba dan Presiden Evo Morales dari Bolivia.
Di dunia, Chavez dikenal sebagai tokoh yang berani menentang hegemoni Amerika Serikat (AS). Dia menjalin hubungan dengan Iran dan Korea Utara (Korut) yang dianggap musuh oleh AS. Venezuela yang kaya minyak membuat Chavez bisa terhindar dari tekanan yang diberikan oleh Negeri Paman Sam tersebut.
Kebesaran Chavez tetap terasa usai kematiannya. Penerus Chavez, Nicolas Maduro, menggunakan sosoknya untuk menggalang dukungan rakyat. Dengan membawa nama Chavez, Maduro berhasil memenangkan pemilu presiden mengalahkan pemimpin oposisi Henrique Caprilles.
Namun, Maduro dianggap tidak bisa sepenuhnya menggantikan Chavez. Maduro tidak memiliki kharisma seperti halnya pria berjuluk el comandante itu. Banyak pengamat memperkirakan, Maduro tidak akan mampu memelihara reputasi Venezuela di dunia yang susah payah dibangun Chavez selama 14 tahun berkuasa.
Berbeda dengan Chavez, Kematian Thatcher disebabkan usia tua. Thatcher wafat dalam usia 87 tahun pada 8 April 2013.
Perempuan berjuluk Iron Lady tersebut dikabarkan wafat di tengah kesendirian. Di hari-hari terakhirnya, Thatcher hanya ditemani oleh pegawai yang bertugas menjaganya. Thatcher merupakan sosok yang kontroversial di Inggris. Banyak warga yang memujanya, namun tidak sedikit pula yang membencinya.
Thatcher dipuja karena membawa kemenangan bagi Inggris dalam Perang Falklands. Kemenangan tersebut mengembalikan kebanggaan Inggris yang sempat menguasai dunia pada masa kolonial. Perang Falklands juga menunjukkan bahwa Inggris bisa menjalankan perang tanpa menerima bantuan dari Amerika Serikat (AS).
Meskipun demikian, bagi kelas pekerja Inggris, Thatcher ibarat penyihir. Kebijakan liberalisasi dan privatisasi yang dikeluarkannya dianggap menyengsarakan kelas pekerja. Banyak kota-kota industri di Inggris yang menjadi kota mati akibat kebijakannya itu.
Kebencian kelas pekerja Inggris terhadap Thatcher terlihat jelas di saat kematiannya. Kelompok pekerja merayakan kematian Thatcher dengan berpesta pora. Mereka turun ke jalan, menari dan menyanyikan lagu hinaan untuk Thatcher.
Tidak semua warga Inggris satu suara dengan kelompok pekerja. Masih banyak pula yang menangisi kepergian Thacher.
Pemakaman Thatcher pun diadakan dengan megah dan hampir setara dengan pemakaman mantan Perdana Menteri Winston Churcill yang berjasa pada Perang Dunia II.
Di penghujung 2013, dunia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Mandela wafat dalam usia 95 tahun pada 5 Desember 2013. Mandela mengakhiri kisah hidupnya setelah berbulan-bulan berada dalam kondisi koma. Di saat terakhirnya, dia ditemani oleh seluruh anggota keluarganya.
Kematian Mandela menjadi momen kesedihan sekaligus perayaan. Warga Afsel berduka atas meninggalnya Mandela, tetapi di saat bersamaan mereka merayakan kehidupan Mandela yang telah membawa perdamaian ke Afsel.
Mandela menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melawan rezim apartheid di Afsel. Dia berjuang untuk Afsel yang bisa menerima semua kelompok masyarakat secara setara.
Hal itu dibuktikan ketika Mandela berhasil menggulingkan rezim apartheid pada awal dekade 1990-an. Mandela tidak membalas kelompok kulit putih yang telah memenjarakan dan membuatnya menderita. Dia justru mengusahakan agar kelompok kulit hitam dan kulit putih di Afsel bisa saling memaafkan dan membangun perdamaian.
Integritas Mandela dibuktikan dalam acara penghormatan yang diadakan sepekan setelah kematiannya. Puluhan kepala negara datang untuk memberi penghormatan terakhir kepadanya.
Yang unik, dalam acara tersebut Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama bersalaman dengan Presiden Kuba Raul Castro. Seperti diketahui, AS dan Kuba merupakan musuh bebuyutan sejak masa Perang Dingin. Hal itu membuktikan Mandela tetap membawa perdamaian meskipun sudah dalam kematian.
(Fajar Nugraha)