2013 menjadi masa di mana wajah Amerika Serikat (AS) tercoreng akibat ulahnya sendiri. Seorang mantan pegawai dinas intelijen National Security Agency (NSA) membocorkan isu penyadapan yang dilakukan AS di seluruh dunia.
Penyadapan yang dilakukan oleh NSA itu bahkan dilakukan kepada sekira 34 kepala negara dan kepala pemerintahan di dunia. Adapun Program intelijen Amerika Serikat (AS) bernama Prism yang menjadi sorotan. Prism dibocorkan oleh Edwad Snowden yang merupakan mantan pekerja kontrak NSA.
Tuduhan itu langsung dibantah Pemerintah AS. Mereka menegaskan, Prism hanya dipakai untuk mengawasi ancaman teror. Keberadaan Prism pertama kali dibongkar oleh suratkabar Guardian. Namun, hal-hal di balik program tersebut sampai saat ini masih diselimuti misteri.
Bocoran yang dikeluarkan oleh Snowden makin menjadi perhatian ketika memaparkan penyadapan yang dilakukan oleh NSA kepada sekira 34 kepala negara dan pemerintahan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah penyadapan yang dilakukan oleh NSA terhadap Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Francoise Hollande serta Presiden Brasil Dilma Roussef.
Penguakan penyadapan tersebut langsung membuat Presiden AS Barack Obama kalang kabut. Aksi penyadapan AS membuat berang pemerintah dan masyarakat Jerman. Pihak Jerman merasa tidak dihargai sebagai sekutu AS. Beberapa politisi Jerman bahkan mendorong agar negaranya memberi Edward Snowden suaka.
Selain terhadap para pemimpin dunia, NSA juga menyadap sekira 90 juta panggilan telepon di Eropa. Bahkan ada tuduhan bahwa pihak NSA melakukan penyadapan di Vatikan ketika pemilihan Paus berlangsung. Atas semua tuduhan tersebut, Direktur NSA Jenderal Keith Alexander menyalahkan diplomat AS. Menurut Alexander, diplomat-diplomat AS sendiri yang meminta agar para pemimpin dunia itu diawasi.
Masalah antara Jerman dan AS pun mereda ketika Presiden Obama meminta maaf kepada Kanselir Jerman Angela Merkel. Sebuah majalah di Jerman, Der Spiegel, mengutip sebuah sumber di kantor Merkel, menulis Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung mengatakan bahwa Obama tidak mengetahui hal ini, dirinya pun kebingungan.
Sementara nasib Snowden sebagai pembocor dokumen penyadapan milik NSA pun terus terkatung-katung. Setelah berbulan-bulan diburu, Snowden akhirnya mendapatkan suaka dari Rusia. Kini muncul wacana pemberian amnesti untuk Snowden. Pemerintah AS menolak usulan untuk memberikan amnesti kepada Edward Snowden. Mereka menegaskan akan membawa Snowden ke pengadilan.
Selain AS, negara lain yang menjadi sorotan dalam kasus penyadapan adalah Australia. Kasus penyadapan yang dilakukan Negeri Kanguru itu berfokus pada penyadapan yang dilakukan dinas intelijen Australia terhadap sambungan telefon pribadai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), serta Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa pejabat lainnya di lingkaran SBY.
Skandal penyadapan Australia terhadap Indonesia terbongkar dalam dua tahap. Gelombang pertama didasarkan atas pemberitaan surat kabar harian Sydney Morning Herald pada 31 Oktober 2013 tentang keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Australia di Jakarta. Sementara bocoran kedua adalah penyadapan yang dilakukan langsung terhadap SBY.
Penyadapan terhadap SBY segera menimbulkan perhatian besar baik di Indonesia maupun di Australia. Akibat kasus ini, Duta Besar Australia untuk Indonesia dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri RI. Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dipenuhi pertanyaan mengenai dugaan penyadapan yang dilakukan oleh Kedubes Australia di Jakarta. Namun Bishop mengatakan, pihaknya tidak bermaksud buruk terhadap Indonesia.
Kemarahan Indonesia makin menjadi ketika sBY dan Ani Yudhoyono disadap. Dubes Greg Moriarty pun mendatangi Kemlu untuk memberikan penjelasan mengenai masalah ini. Tetapi Indonesia turut mengambil tindakan tegas dengan menarik Dubes Indonesia untuk Australia Najib Riphat Kesoema.
Sementara Perdana Menteri Australia Tony Abbott bersikeras pihaknya tidak akan meminta maaf atas dugaan penyadapan yang dilakukan terhadap Presiden SBY. Abbott bahkan mengatakan hubungan kedua negara tetap dekat. Abbott hanya menyatakan bahwa dirinya menyesal dengan penyadapan tersebut.
Alhasil pemerintah mengambil langkah lebih keras lagi dengan sikap arogansi Australia. Beberapa kerja sama militer dan intelijen Indonesia-Australia dihentikan untuk sementara. Selain itu kerja sama penanggulangan imigran pencari suaka turut dihentikan.
Sejak saat itu hubungan Indonesia dan Australia masih belum bisa dinormalisasi. Sementara desakan agar Abbott meminta maaf pun merebak. Desakan itu antara lain muncul dari mantan PM Australia Julia Gillard serta beberapa politisi lainnya di Australia.
Meski kemudian Abbott mengirim surat kepada SBY, surat itu justru tidak berisi penjelasan apapun mengenai penyadapan. SBY pun menuntut Australia menyepakati kode etik untuk berhubungan bila memperbaiki hubungan dengan Indonesia. Namun Australia tetap tidak ingin menyetujui kode etik tersebut. Tuntutan kode etik itu masuk dalam enam respons SBY terhadap surat dari Abbott.
Hingga saat ini, hubungan Indonesia dan Australia masih memburuk. Australia pun juga dituduh melakukan penyadapan terhadap negara lain di Asia Tenggara. Penyadapan yang dituduhkan kepada Australia antara lain diarahkan oleh Malaysia dan Timor Leste.
Khusus untuk Timor Leste, Australia harus berhadapan di sidang arbitrase internasional. Ini disebabkan ulah the Australian Secret Intelligence Service (ASIS) di saat negosiasi pembagian keuntungan pengolahan gas atau traktat Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea (CMATS) pada 2006. Kasus ini pun masih berjalan.