YOGYAKARTA - Sebelum meninggal dunia, Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo menulis surat wasiat. Namun, surat wasiat itu belum dibaca isinya.
"Kalau wasiat itu ada saat di Jakarta kemarin, karena kesibukan dan mengurus bapak, wasiatnya belum dibuka sampai sekarang," kata KRT Jayaningrat, putra kedua Gusti Joyo kepada wartawan di rumah duka, Jalan Rotowijayan, Kraton, Yogyakarta, Rabu (1/1/2014).
Saat disingung pesan lisan dari almarhum Gusti Joyo semasa hidupnya, yang paling diingat ialah pesan almarhum agar tetap melestarikan budaya Jawa.
"Kalau pesan, Bapak itu banyak berpesan, tapi yang harus dilakukan itu supaya terus menjaga budaya Jawa karena kita generasi penerus budaya Jawa," bebernya.
Sosok Gusti Joyo sendiri di mata keluarga merupakan orang yang penyayang, sabar, dan rendah hati. Gusti Joyo tidak pernah menampakkan kemarahannya meski membuat dia kecewa.
"Bapak itu orangnya sangat penyayang, sabar, rendah hati. Yang sangat terlihat bapak itu tidak membedakan-bedakan siapapun, semua dirangkul dengan baik, tidak perduli orang itu kaya atau miskin, semua dianggap sama," jelasnya.
Keluarga, lanjutnya, ikhlas mengiringiri kepergian Gusti Joyo. Berbagai usaha untuk kesembuhan sudah dilakukan sekira empat tahun silam saat pertama kali terserang penyakit.
"Sudah empat tahun kira-kira, sudah tidak kurang-kurang kita keluarga berusaha untuk kesembuhan bapak," pungkasnya.
(Rizka Diputra)