JAKARTA- Sejumlah lembaga survei telah mengumumkan hasil perhitungan cepat (Quick count) pemilihan umum (Pemilu) Legislatif 2014.
Berdasarkan hasil hitung cepat Jakarta Studi Center (JSC) perolehan suara teratas di wilayah Jakarta, ditempati oleh PDI Perjuangan mendapatkan suara tertinggi (28,49 persen), Gerindra (12,33 persen), ketiga PPP (10,91 persen), dan Golkar (9,03 persen). Dan diurutan kelima ada PKS yang suaranya mencapai 9,01 persen, Hanura (7,89 persen), dan Demokrat (7,36 persen). Lalu, PKB (6,06 persen), NasDem (4,63 persen), PAN (4,28 persen), PBB (1,03 persen), dan PKPI (0,63 persen).
Menurut Direktur Eksekutif Jakarta Studi Center (JSC), Ali Sadikin, banyak partai politik yang suara merosot tajam di Ibu Kota pada Pileg 2014 ini, seperti Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Demokrat dan PKS saat Pemilu 2004 dan 2009 adalah jawara di DKI, tapi tahun ini suara Demokrat terbelah-belah. Mereka lari ke PDIP, Gerindra, Golkar, Hanura dan Nasdem. Sedangkan suara PKS lari ke PPP dan PKB. Suara-suara yang tadinya memilih PKS menjatuhkan pilihan ke PPP dan PKB," ujar Ali di Jakarta, Jumat (11/4/2014).
Hancurnya suara Demokrat dan PKS, kata Ali, disebabkan beberapa faktor. Jika ditingkat nasional, Demokrat habis digempur soal isu korupsi dengan ditangkapnya petinggi-petinggi Demokrat, seperti Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng.
"Kalau di Jakarta, peran kader Demokrat di DPRD tidak maksimal padahal mereka menpunyai 34 kursi," tuturnya.
Sama halnya dengan PKS, kata Ali, partai berasas Islam itu digempur habis-habisan setelah Ketua Umumnya tertangkap korupsi soal kasus sapi. "Tragisnya ada banyak cewek dan artis yang terlibat di kasus sapi, dan peran PKS di DPRD juga sangat semu, mereka lebih condong diam melihat carut marutnya ibukota akibat banjir dan macet," bebernya.
Kata dia, PDI Perjungan, Golkar, dan Gerindra meraih berkah dari terbelahnya suara Demokrat. Sedangkan, PPP dan PKB limpahan dari PKS. "Di sinilah bedanya Demokrat dan Golkar. Golkar mampu memainkan isu-isu strategis di DPRD seperti KJP dan KJS. Kalau Demokrat dan PKS cenderung diam," lanjutnya.
Partai Golkar di DKI Jakarta, lanjut Ali, para Calegnya bekerja keras dan dikenal disetiap daerah pemilihannya. "Pasca reformasi Golkar dan PPP di DKI suaranya selalu stag. Tapi, akibat lemahnya Demokrat dan PKS, kedua parpol itu mendapatkan berkah suara," lanjut pria yang juga mantan Ketua HMI Cabang Jakarta ini.
(Stefanus Yugo Hindarto)