Aktivis HMI Dihajar Polisi dan Satpol PP

P Juliatmoko, Jurnalis
Jum'at 02 Mei 2014 17:18 WIB
Share :

JEMBER - Para aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar demo di Hari Pendidikan Nasional. Mereka sama-sama menggelar unjukrasa di Kantor Pemkab Jember untuk menuntut pemerintah menuntaskan masalah buta aksara yang masih tinggi di Jember.
 
Aksi yang dilakukan aktivis HMI berakhir bentrok, sehingga petugas menghajar para mahasiswa. Dalam aksi tadi siang memang terlihat sejak awal kedua organisasi aktivis mahasiswa ini tidak turun dalam satu koordinasi.
 
Puluhan aktivis PMII Jember datang lebih dulu dengan melakukan longmarch dan berunjuk rasa sambil membawa sejumlah poster tuntutan di halaman kantor pemkab Jember. "Tingginya buta aksara, tidak meratanya pendidikan antara wilayah perkotaan dan desa, kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai utamanya di pedesaan kurang diperhatikan Pemkab. Pemkab bahkan terkesan menutup mata," kata Aris Darwanto, koordinator aksi.
 
Perwakilan pengunjuk rasa lantas ditemui oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Subadri Habib dan sejumlah pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan setempat. Aksi ini sendiri terlihat berjalan lebih tertib.
 
Sementara itu, massa HMI yang datang belakangan jumlahnya lebih banyak. Namun, kedua gerakan mahasiswa ini tidak mau menyatu untuk melakukan aksi bersama. Mereka terlihat berdemo sendiri-sendiri yakni aktifis PMII di pintu timur sedangkan HMI di pintu Pemkab sebelah barat. Meskipun yang mereka tuntut sama yakni pemberantasan buta aksara secara serius oleh Dinas Pendidikan Pemkab Jember.
 
Tidak beberapa lama, perwakilan aktivis PMII keluar dan tidak lama kemudian mereka membubarkan diri. Hal ini berbeda dengan aktivis HMI yang tetap bertahan di depan gedung Pemkab Jember. "Djalal bohong, Jember ternyata masih tinggi aksi buta aksara,” ujar salah satu mahasiswa dalam orasinya.
 
Bahkan, mereka tidak mau ada perwakilan dan meminta pejabat Pemkab termasuk Bupati Jember untuk keluar. “Bupati, tolong keluar, jangan jadi pengecut,” teriak sejumlah mahasiswa. Hal ini semakin menambah panas saat mereka mendesak untuk masuk ke kantor Pemkab Jember. Sehingga terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dengan satpol PP Pemkab Jember yang berjaga didepan. Aksi ini sempat terjadi cukup lama, hingga membuat pagar di Pemkab Jember rusak dan bengkok.
 
Mahasiswa yang merasa tidak puas karena tidak ada pejabat yang tidak mau menemui ini akhirnya semakin panas. Mereka pun tetap bertahan di tengah teriknya matahari. Namun, tidak tahu atas komando siapa, sejumlah aktivis tiba-tiba menuju ke alun-alun Jember. Semula, mereka dikira hendak beristirahat di alun-alun. Tetapi mereka langsung menuju ke arah baliho besar ucapan dari Bupati dan wakil bupati Jember terkait dengan Hari Pendidikan Nasional. Mereka tanpa banyak kata langsung menurunkan baliho tersebut di sisi barat. Hal inilah yang membuat aparat yakni Satpol PP dan anggota Polres Jember marah dan mengejar sejumlah mahasiswa yang diduga sebagai pelaku pengrusakan.
 
Bahkan, aksi pengejaran ini dilakukan hingga ke sisi utara alun-alun. Aparat yang tidak dapat mengendalikan amarahnya langsung melakukan pemukulan kepada para aktivis. Mereka menghantamkan pentungan yang dipegangnya kepada para mahasiswa. Hal inilah yang membuat mahasiswa akhirnya lari tunggang langgang ke tengah alun-alun. Meskipun begitu, mereka tetap diburu oleh petugas hingga terjadi sejumlah pemukulan lagi. Akhirnya, mahasiswa ini memilih mundur dan siap untuk melakukan aksi lagi untuk menuntut kejadian itu.
 
Akibat kejadian pemukulan ini, ada delapan mahasiswa yang mengalami luka-luka. Di antaranya ada yang mengalami luka bekas pukulan di wajah, juga punggung hingga kepala yang benjol karena pentungan petugas. Selain itu, ada juga yang memar di badan karena tendangan dan pukulan petugas. Mereka tidak terima dengan kejadian itu dan melaporkan kebrutalan aparat ke Mapolres Jember.
 
Sementara itu, pada Hardiknas ini elemen Gerakan Bebas Buta Aksara (Gebrak) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP Universitas Jember juga menggelar aksi penggalangan dana. Aksi ini, merupakan bentuk keprihatinan mereka atas banyaknya penyandang buta aksara di Kabupaten Jember. Aksi penggalangan dana yang digelar di lampu merah Jalan Mastrip dan SMP 2 ini, juga disertai dengan pembagian karangan bunga dan selebaran, yang berisi permasalahan pendidikan di Kabupaten Jember.
 
Isi selebaran itu, menyebutkan jumlah penderita Buta Aksara, berdasarkan data yang dirilis oleh Kemendikbud pada Tahun 2012, yang angkanya mencapai 204.069 orang. Kondisi ini, tentunya sangat memprihatinkan, karena Kabupaten Jember tercatat sebagai sentra pendidikan di wilayah eks Karesidenan Besuki.
 
Koordinator Gebrak BEM FKIP Universitas Jember, Wahyu Rodlaftian, menerangkan, peringatan Hardiknas kali ini dijadikan momentum untuk melakukan bakti sosial, terutama bagi para penyandang buta aksara.

(Muhammad Saifullah )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya