Berhentikan Siswi Terlibat Pelecehan, Sekolah Lepas Tanggung Jawab

Erie Prasetyo, Jurnalis
Kamis 23 Oktober 2014 17:21 WIB
Ilustrasi (foto: Shutterstock)
Share :

MEDAN - Pemberhentian siswi kelas IV berinisial T dan I dari SD Negeri Percobaan dikecam oleh anggota DPRD Medan, Wagianto. Sikap kepala sekolah mengeluarkan dua siswi tersebut justru memperlihatkan pihak sekolah lepas tanggung jawab atas kasus pelecehan seksual yang terjadi di sana.

"Ini lepas tanggung jawab. Setiap kejadian yang terjadi di lingkungan sekolah itu adalah tanggung jawab institusi. Anak-anak ini kan produk sekolah. Nah, ada apa dengan sekolahnya? Saya pikir pemerintah juga mesti memikirkan solusi jangka panjang," ujar Wagianto, Kamis (23/10/2014).

Menurutnya, pemberhentian siswi yang diduga melecehkan temannya itu tidak menjadi jaminan kejadian serupa tidak akan terulang. Harusnya langkah yang diambil pihak sekolah adalah memberikan bimbingan mental yang lebih baik kepada anak didik.

"Dikeluarkannya siswi itu dari sekolah tidak menjamin hilangnya kekerasan dan bullying di sekolah. Ini kan menyangkut perbaikan mental. Kenakalan anak seperti ini besar kemungkinan pengaruh lingkungan di sekolah," bebernya.

Pelajaran dari kejadian tersebut, lanjut Waginto, perlu investigasi lebih lanjut terhadap sistem pendidikan di SD Negeri Percobaan dan sekolah-sekolah lain di Medan. Dinas Pendidikan juga diharapkan tidak langsung memberhentikan siswi yang terlibat kasus seperti T dan I.

"Tidak ada jaminan sekolah sudah bersih dari kekerasan setelah mengeluarkan anak-anak ini. Sementara anak-anak lain yang ikut dalam kejadian itu masih sekolah di situ," kata dia.

Sementara menurut Psikolog Klinis Anak, Irna Minauli, sangat diperlukan program gerakan anti-bullying di sekolah. Para pendidik harus dapat mendeteksi perilaku bullying yang dilakukan siswanya, mulai kekerasan verbal hingga fisik.

Para pelaku kekerasan memang harus mendapat hukuman yang tegas sebab kejahatan harus diberantas sejak kecil. Kemudian, menurutnya, siswi yang menjaga pintu saat pelecehan terjadi di kamar mandi juga perlu dikeluarkan.

Kendati begitu, dia beranggapan perilaku anak di sekolah tak luput dari perilaku pendidiknya. "Seringkali guru justru memberi contoh yang buruk terhadap murid. Guru suka men-judge dan mengatai muridnya dengan hal yang buruk. Guru seringkali menjadi pembunuh karakter muridnya sendiri," tuturnya.

(Risna Nur Rahayu)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya