JAKARTA – Tak hanya di Indonesia, sedianya sejumlah kepala negara di manapun hampir pasti pernah menerima ancaman pembunuhan. Belakangan, gencar kabar soal ancaman pembunuhan yang mungkin bisa dibilang yang pertama buat Presiden RI ke-VII, Joko Widodo (Jokowi).
Itu baru yang pertama dan sekadar berbentuk ancaman via pesan singkat yang beredar di beberapa kalangan, dari kelompok yang diduga militan ISIS. Jika menarik sejarah ke belakang, Presiden RI ke-I, Soekarno merupakan Presiden RI dengan ancaman yang bahkan sudah berbentuk upaya pembunuhan terbanyak.
Dari penuturan putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri pada Juli 2009, Putra Sang Fajar setidaknya 23 kali menerima ancaman dan upaya pembunuhan. Sementara dari ajudan Presiden, Sidharto Danusubroto dan Maulwi Saelan, ada tujuh upaya pembunuhan yang tercatat selama Soekarno menjabat presiden.
Berikut serangkaian percobaan pembunuhan terhadap Soekarno sejak 1957 sampai 1964, sebagaimana dirangkum berbagai sumber:
Ledakan Granat Cikini (30 November 1957)
30 November 1957 adalah hari perayaan ulang tahun ke-15 Perguruan Cikini, tempat bersekolah putra-putri Soekarno dan sang presiden, ikut hadir. Namun, beberapa antek yang diduga militan DI/TII dari Bima, meledakkan granat di tengah pesta penyambutan presiden. Beruntung, Bung Karno dan anak-anaknya selamat meski jatuh korban yang tak sedikit Sembilan tewas dan 100 luka.
Penembakan Pesawat Mig-17 (9 Maret 1960)
Ketenteraman Istana Presiden pada 9 Maret 1960 di siang hari digegerkan penembakan kanon 23 mm dari pesawat Mig-17, di mana pesawat itu dipiloti Letnan (Pnb) Angkatan Udara, Daniel “Tiger” Maukar. Tembakan Maukar mengenai pilar dekat meja kerja Bung Karno. Beruntung sang presiden tak berada di tempat, lantaran tengah memimpin rapat di gedung sebelah Istana. Meski menyangkal, Maukar yang sudah terpengaruh gerakan separatis Permesta, Maukar dibui delapan tahun lamanya.
Pencegatan Rajamandala (April 1960)
Belum dua bulan pasca-insiden percobaan pembunuhan lewat penembakan Pesawat Mig-17, keberuntungan Soekarno dan perlindungan dari Tuhan YME kembali diuji pada peristiwa “Pencegatan Rajamandala”. Saat itu, Soekarno tengah menerima kunjungan Perdana Menteri Uni Soviet (sekarang Rusia), Nikita Kruschev, rombongan itu dicegat gerombolan DI/TII di Jembatan Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Karena kesigapan barisan pengawal presiden, percobaan gerombolan itu bisa dipatahkan dan baik Soekarno maupun Kruschev selamat tanpa kekurangan satu apapun.
Granat Makassar (7 Januari 1962)
Upaya untuk melenyapkan nyawa Soekarno terjadi lagi pada 7 Januari 1962, kala Soekarno berkunjung ke GOR Mattoangin. Ketika konvoi presiden melewati Jalan Cendrawasih, granat dilemparkan oknum tentara, Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya. Lemparan granat itu meleset hanya mengenai mobil lain. Soekarno selamat dan kedua pelaku dieksekusi hukuman mati.
Penembakan Idul Adha (14 Mei 1962)
Sebelumnya peristiwa ini sudah sempat dimuat pada artikel sebelumnya. (Baca: Benang Merah Ancaman Pembunuhan Jokowi & Soekarno).
Pada 14 Mei 1962 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, Soekarno yang tengahShalat Ied hampir “didor” militan DI/TII, Sanusi Firkat. Beruntung, ajudan presiden, Mangil Martowidjojo dan tiga anak buahnya cepat menyergap, meski dua bawahan Mangil terkena timah panas, namun setidaknya tugas melindungi presiden bisa dijalani dengan baik.
Mortir Gerombolan Kahar Muzakar
Medio 1960-an, DI/TII memang gencar dan tak terhitung sudah melakukan sejumlah upaya pembunuhan Soekarno. Ketika Bung Karno menjalani kunjungan kerja di Maros, Sulawesi Selatan, rombongan kendaraan presiden dihujani satu tembakan peluru mortir dari gerombolan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar. Tembakan itu meleset jauh dari jangkauan mobil dan nyawa Soekarno kembali terselamatkan.
Granat Cimanggis (Desember 1964)
Mungkin ini merupakan upaya pembunuhan terakhir yang tercatat dalam sejarah. Pada Desember 1964, rombongan kendaraan Soekarno dari Bogor hendak ke Jakarta, berpapasan dengan seseorang yang tak dikenal di kawasan Cimanggis. Beruntung, aksi pelaku melemparkan granat sedikit terlambat lantaran mobil Soekarno sudah melaju dan menjauh dari jangkauan lemparan granatnya.
(Arief Setyadi )