Insiden bentrokan itu memang hanya terjadi sekira 15 menit. Tapi kejadian itu tercatat dalam sejarah TNI AL saat ini, sebagai pertempuran pertama yang dimenangkan ALRI sejak proklamasi 17 Agustus 1945. Mendaratnya Kapten Markadi juga jadi operasi amfibi gabungan tentara laut dan darat pertama.
Mendaratnya mereka juga sangat disambut hangat warga lokal hingga akhirnya menggabungkan diri dalam Kesatuan 'Ciung Wanara' pimpinan Ngurah Rai, bergerilya ke pedalaman, sekaligus para prajurit Pasukan-M mulai mendapati sebutan ALRI 'gunung'.
Kapten Markadi juga menyambung persahabatan yang dekat dengan Ngurah Rai, sampai akhir hayat sang Panglima Tertinggi Teritorium Sunda Kecil (sekarang Bali), pada 'Puputan Margarana', 20 November 1946.
Kapten Markadi sendiri sanggup melanjutkan perlawanan di Bali, hingga Belanda angkat kaki pada Desember 1949 yang hampir berbarengan di berbagai wilayah Indonesia.
Markadi yang lahir pada 9 April 1927, sayangnya 'terjaring' Restrukturisasi dan Rasionalisasi (Re-Ra) TNI pada 1948, untuk kemudian harus beralih ke Angkatan Darat. Markadi wafat pada 21 Januari 2008 dengan pangkat terakhir Kolonel Infanteri di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
(Rizka Diputra)