“Dia adalah orang biasa, sama sekali bukan orang yang terlalu religius. Sekali waktu saya membawa anak saya pergi ke rumahnya karena banyak anak-anak di lingkungan kami pergi ke sana dan mendengarnya membaca Alquran. Dia mengatakan, pada saya ‘jika Alquran ini dapat membantu saya akan mengobati anak saya dengan bantuannya,’ katanya. Anaknya sangat energetik. Dia tidak dapat mengontrolnya,” kenang Abu Muhammad seperti yang dilansir ABNA, Rabu (6/5/2015).
Bagi Abu Muhammad, Al Baghdadi tidak tampak seperti seorang yang memiliki kemampuan memimpin, terlebih kelompok militan sebesar ISIS. Dia juga mengingat Al Baghdadi berpakaian layaknya orang biasa dengan celana panjang dan kaus, dan sesekali menggunakan kemeja ketika memiliki keperluan ke kantor pemerintah.
“Dia tidak memiliki kemampuan khusus untuk memimpin sebuah kelompok, begitu juga penampilannya sama sekali tidak menonjol. Dia mengenakan kaus dan celana sederhana. Terkadang kemeja saat dia pergi ke kantor pemerintah untuk mengurus sesuatu. Tapi dia mengenakan jubah Arab ketika dia sedang berkhotbah. Ketika sedang di masjid dia mengenakan pakaian khas Arab, dishdasha (pakaian panjang yang dikenakan pria Arab),” lanjut Abu Muhammad.
Sebuah dokumen yang muncul bulan lalu menimbulkan dugaan bahwa Al Baghdadi hanyalah sebuah sosok pemimpin yang menjadi kedok bagi ISIS. Pemimpin ISIS sesungguhnya adalah para pejabat intelijen dari pemerintahan mantan Presiden Irak Saddam Hussein, yang membentuk ISIS untuk tujuan menguasai wilayah Irak dan Suriah.
(Hendra Mujiraharja)