"Kita harus belajar dari tokoh-tokoh nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim, Tjokroaminoto dan lain-lain yang tetap rukun dan guyub walaupun memiliki pandangan politik yang berseberangan. Beda ideologi harusnya tidak memendam permusuhan pribadi yang dilestarikan dan diwariskan. Tidak elok untuk pembelajaran politik kalangan muda," tegas dosen di Program Sarjana UI ini kepada Okezone, Selasa (12/5/2015).
Menurut pengajar Program Pascasarjana UI dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini, kegagalan SBY dan Demokrat menghadirkan Megawati ke acara pembukaan kongres makin menunjukkan kata "rekonsiliasi" antara Mega dan SBY semakin sulit terwujud dalam waktu dekat.
"Perlu ada upaya tepat dan waktu yang tepat untuk mempertemukan dua anak bangsa terbaik ini dalam mementum yang pas. Saya yakin di usia senja beliau-beliau ini, kalangan muda perlu suri tauladan politik yang baik dan mencerdaskan. Butuh kesabaran dan kebesaran jiwa dari keduanya," pungkasnya.
(Arief Setyadi )