DARI mana Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei lahir? Dari sebuah organisasi pergerakan yang bernama Boedi Oetomo. Tapi di mana pula mereka bisa membuat organisasi kepemudaan yang mencetak para pemikir akan kesadaran nasional?
Gedung STOVIA jawabannya. Di sanalah dicetak para pemuda dan pelajar kedokteran pribumi di awal abad 20 yang menggagas tentang hari depan bangsa yang di kemudian hari disebut Bangsa Indonesia.
Di salah satu ruang belajar STOVIA ini pula, Dr. Sutomo, Goenawan Mangoenkoesoemo dan Dr. Wahidin Soedirohoesodo mencetuskan organisasi Boedi Oetomo, tepatnya di hari Minggu, 20 Mei 1908 pagi.
Tentu tak lengkap rasanya jika mengupas soal Harkitnas, kalau tak pula menguraikan tentang seluk-beluk dan sejarah gedung yang didirikan pada Maret 1902 tersebut.
STOVIA atau akronim dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, awalnya sebuah sekolah kedokteran gratis bernama "Dokter-Djawa School" yang didirikan pemerintah Hindia-Belanda, untuk mencetak para ahli medis demi menanggulangi sejumlah wabah penyakit di Batavia (kini Jakarta) kala itu.
Bayangkan jika dibandingkan di masa sekarang, di mana setiap pemuda yang ingin masuk sekolah kedokteran mesti merogoh kocek hingga puluhan juta rupiah. Bahkan di STOVIA, para pelajar ilmu kedokteran itu masing-masing diberi uang saku 15 gulden per bulannya.