KAIRO – Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) internasional menilai Tentara Mesir telah menggunakan kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak-anak. Hal ini digunakan dalam meredam aksi oposisi yang menentang pemerintahan.
Sebuah kelompok HAM Federation for Human Rights (FIDH) mengeluarkan laporan terbaru tentang kejahatan seksual yang pernah dilakukan oleh tentara dan Polisi Mesir setelah tergulingan Presiden Morsi pada 2013.
“Sejak 2013, kejahatan seksual meningkat dengan target perempuan dan anak-anak,” demikian isi laporan FIDH, seperti dilansir Al Bawaba, Rabu (20/5/2015).
Tindak kejahatan seksual paling banyak terjadi di pintu gerbang perbatasan, pos penjagaan kampus, dan di ruang penahanan para oposisi yang menentang pemerintahan.
FIDH mengatakan, kebanyakan tentara tersebut berupaya untuk menjauhkan para perempuan dengan suami atau ayah mereka. Ada beberapa kasus yang ingin mencoba untuk memeperkosanya.
Hal inilah yang menyebabkan para korban mengalami trauma berkepanjangan sehingga sulit untuk dapat hidup normal kembali.
Presiden Mesir Abdul Fattah el Sisi berjanji untuk menindak para pelaku kejahatan seksual yang sudah sangat meresahkan warganya. Namun, fakta di lapangan menunjukkan jika angka kejahatan seksual di Negera Piramida tersebut masih tinggi.
(Muhammad Saifullah )