Ia memberi contoh, tiap hari, tim Landing Cract Rubber (LCR) melakukan patroli menyusuri sungai sepanjang 37 kilometer. Hasilnya, ia masih sering melihat warga yang tinggal di bantaran sungai membuang sampah tanpa rasa bersalah. "Pernah suatu malam saya patroli, di bantaran Kalibata, bukan hanya warga bantaran, tapi ada orang jauh juga, markir terus buang," sambungnya.
Melihat hal tersebut, Joko mengaku geram. Namun ia tak bisa berbuat sesuatu lantaran intruksi dari atasan meminta prajurit TNI untuk tidak berbuat kasar terhadap warga. "Ya bagaimana lagi, kita tidak punya wewenang penindakan," gerutunya sembari membersihkan lumput yang menempel di badan perahu.
Ironisnya, lanjut Joko, ia sempat mendengar sebuah celoteh masyarakat bahwa tugas membersihkan sungai dibebankan kepada TNI. Sebab itu, jika warga tidak mengoreksi kebiasaannya membuang sampah sembarangan, sampai kapanpun pembersihan limbah di sungai tak akan pernah selesai. "Masyarakat tahunya 'tugas tentara', tapi tiap malam sampai pagi. Kalau seperti ini, mau sampai kiamat juga tidak akan bersih," bebernya.
Sementara itu, Wakapendam, Letkol Isa Ansori mengaku pihaknya sudah menerjunkan ribuan personel untuk melakukan pembersihan. Tak hanya itu, pihaknya pun telah merogoh kocek untuk membayar warga yang rela membantu tentara membersihkan sungai. Pemrov DKI Jakarta, lanjut dia, telah berjanji untuk membantu pembiayaan operasional. Namun, hingga kini, dana tersebut tak pernah diberikan.
"Kita ada padat karya, warga yang membantu membersihkan kita ongkosi Rp100 ribu, Pemprov katanya kasih, tapi sampai sekarang tidak ada, kita pakai dana operasional," jelasnya tanpa merinci jumlah yang telah dikeluarkan Kodam Jaya selama operasi.