DEPOK - Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai, DKI Jakarta masih memiliki pesona dalam distribusi arus urbanisasi penduduk. Sebenarnya, kata dia, urbanisasi dipicu oleh kondisi ekonomi di daerah dengan kinerja pemerintah daerah.
"Kalau daerah mampu kembangkan diri, tentu penduduknya tak berbondong-bondong ke kota," tegas Dosen Vokasi UI ini, Senin (27/7/2015).
Devie menjelaskan perlunya mendesain ulang pembangunan Indonesia atau lebih khusus, mendesain ulang pembangunan Jakarta. Devie menilai setiap desa semestinya mampu digerakkan lantaran masyarakat kota akan membutuhkan barang dari desa.
"Contoh di Jepang tata kota dibangun baik, percepatan ekonomi bangun desa dilakukan, ekonomi jadi satu solusi bersama," tambahnya.
Devie juga meminta media untuk tidak melulu membangun citra Jakarta sebagai kota yang mewah dan menjanjikan kesejahteraan, sehingga penduduk berbondong-bondong ke ibukota. Sebab, justru Jakarta juga menyimpan sisi gelap, di mana kejahatan dan kemiskinan masih mengancam.
"Pemerintah Daerah sengaja membiarkan penduduknya keluar daerah, ekspor manusia migran ke Jakarta bukan ekspor keterampilan. Indonesia 60 persen tersebar di Jawa, belum mampu gerakkan daerahnya. Ini juga butuh tanggung jawab pemerintah pusat jika dianalogikan sebagai ayah dan pemerintah daerah sebagai anak diminta bersihkan kamar masing-masing," lanjut Devie.
Tindakan rutin tahunan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta berupa operasi yustisi dinilai Devie tidak efektif. Tindakan represif ini tidak menjadi jalan keluar.
"Bisa dengan peningkatan pajak yang tinggi bagi orang daerah yang ke kota. Lalu daerah diberi insentif. Sistem pendidikan diubah, karena di Amerika (Serikat), orang itu bangga jadi petani bahkan punya daya tawar politik berpengaruh di parlemen," tutupnya.
(Randy Wirayudha)