Periskop 2016: Belum Akan Ada Damai di Suriah

Rahman Asmardika, Jurnalis
Rabu 06 Januari 2016 20:05 WIB
Ilustrasi. (Foto: Reuters)
Share :

Melihat situasi dan banyaknya pihak yang terlibat, tampaknya konflik Suriah belum akan bisa diselesaikan pada 2016, jika tidak ada sesuatu yang luar biasa terjadi. Misalnya, terjadi perkembangan tak terduga dari pembicaraan perdamaian atau kehancuran ISIS di Suriah.

Penyelesaian konflik secara damai dengan negosiasi dilihat memiliki peluang kecil karena untuk mencapai hal itu ada hal yang harus terpenuhi. Pihak yang bertikai harus mengetahui secara pasti bahwa keadaan di medan perang telah buntu, sama kuat dan negosiasi terpaksa dilakukan. Karena jika ada kemungkinan untuk mendapatkan kemenangan, bernegosiasi dan berkompromi dengan lawan adalah hal yang merugikan. Demikian analisa dari pengamat sejarah sejarah Timur Tengah modern dari University of California, Profesor James L. Gelvin yang dilansir dari History News Network, Rabu (6/1/2016).

Situasi seperti ini tidak terjadi di Suriah. Baik kelompok-kelompok oposisi yang didukung Arab Saudi, AS dan sekutu-sekutunya maupun rezim Pemerintah Suriah yang didukung Rusia dan Iran masih meyakini bahwa pihaknya dapat meraih kemenangan total. Kompromi dengan lawan juga berpotensi memberikan kerugian bagi negara sponsor seperti AS, Rusia, Turki, Arab Saudi, Iran dan negara-negara lain yang telah mengeluarkan biaya, waktu, persenjataan, dan tenaga untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan nasional mereka di Suriah.

Kepentingan-kepentingan asing ini juga membuat solusi untuk memecah Suriah menjadi bagian-bagian karena akan melahirkan berbagai masalah yang mengancam kepentingan nasional mereka. Turki misalnya, akan merasa terancam jika wilayah Rojava yang berpenduduk mayoritas Kurdi lepas dari Suriah dan dijadikan basis kelompok pemberontak.

Pemecahan Suriah menjadi bagian-bagian juga berpotensi menyulut konflik baru di Timur Tengah yang mengancam balance of power di kawasan. Hal ini tentu saja akan merugikan negara Barat, terutama AS yang memiliki banyak kepentingan, terutama soal minyak, di wilayah itu.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya