INDRAMAYU - Sutinah, ibu kandung salah seorang penari ular bernama Yustini alias Iyus (21) asal Desa Plumbon Pulo, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat mengaku sering gelisah ketika anaknya itu mentas dengan memakai media satwa sejenis ular.
Sutinah menceritakan, Iyus terjun ke dunia musik sejak usianya memasuki 14 tahun, yang sebelumnya ia pernah menjadi seorang tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia.
"Iyus enggak betah, minta pulang terus sampai saya membayar Rp10 juta untuk kepulangan Iyus dari Malaysia yang baru tiga bulan di sana," ungkap Sutinah, Rabu (13/4/2016).
(Baca juga: Menelisik Asal Usul Tari Ular di Indramayu)
Iyus sering sekali pentas dengan menggunakan ular namun tahun-tahun ini, ia hanya tiga hingga empat kali dalam setahun mentas menggunakan media ular. Pasalnya, minat masyarakat menurun untuk menonton pentasan yang menggunakan ular itu.
"Iyus terjun ke dunia itu karena terbawa teman yang mayoritas seniman, saya juga sempat menanyakan kepada dia, ‘pernah merasa takut ketika mentas menggunakan ular?’ lalu ia menjawab ‘biasa saja," tutur Sutinah.
(Baca juga: Kematian Biduan Irma Bule Turut Hebohkan Media Asing)
Ia mengatakan, sekali pentas Iyus dibayar sebesar Rp600 ribu. Namun itu dibagi dengan pawang ular. Pasalnya Iyus tidak punya ular sendiri. Risikonya memang tinggi, akan tetapi, tambah Sutinah, uang itu untuk tambahan jajan anaknya.
"Terlebih sekarang lagi sepi yang hajatan, kalau tidak mentas ya Iyus di rumah saja" tandasnya.
(Rachmat Fahzry)