JAKARTA – Kiprah Ni Putu Eka Wiryastuti sebagai Bupati Tabanan sangat menarik untuk diikuti. Setelah sukses pada periode 2010–2015, ia kembali terpilih memimpin Kabupaten Tabanan untuk lima tahun ke depan. Apa sebenarnya motivasi Eka sehingga sukses menjadi perempuan bupati pertama di Bali?
Eka Wiryastuti tak pernah bermimpi menjadi bupati. Meski ayahnya Nyoman Adi Wiryatama pernah dua periode menjabat sebagai Bupati Tabanan sejak era Reformasi, Eka justru bercita-cita ingin menjadi polisi wanita (polwan).
“Jadi cita-cita saya dulu polwan gitu, tapi kenapa ya nasib berkata beda,” kata Eka saat berkunjung ke Kantor Redaksi Okezone di Gedung High-End, Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta Pusat, Senin (30/5/2016).
Namun, perempuan kelahiran Tabanan, 21 Desember 1975, tersebut kini bersyukur dipercaya sebagai pemimpin. Sebab dengan menjadi bupati, ia memiliki banyak kesempatan mengabdi kepada rakyat.
“Artinya, ada tugas lain yang diberikan oleh Tuhan Sang Pencipta bahwa kamu jangan jadi polwan dulu kali, kamu punya potensi untuk mendedikasikan, memberikan pelayanan kepada rakyat. Easy going saja,” jelasnya.
Darah politik Eka mengalir dari sang ayah yang juga politikus senior PDI Perjuangan. Mulanya ia diusung PDIP hanya untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan dalam pemilu, tapi respons rakyat ternyata positif. Eka justru meraih suara terbanyak dan melenggang ke DPRD Tabanan.
Sebelum menjadi wakil rakyat, Eka aktif berkegiatan sebagai pekerja sosial dan terlibat di beberapa ormas serta lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kemudian, ia masuk ke Banteng Muda Indonesia (BMI) yang merupakan organisasi sayap PDIP. Ia lalu ditarik memperkuat Bappilu PDIP Bali.
Selama terlibat di organisasi sosial, Eka banyak berhubungan langsung dengan masyarakat dan belajar berpolitik. Itu menjadi modal utamanya terjun di dunia politik praktis.
“Terjun di politik itu harus mempunyai bekal dari diri kita, sehingga kita bisa menjadi jembatan masyarakat, karena masyarakat memilih kita untuk bisa menuntun mereka meraih derajat hidup yang lebih baik,” tutur istri dari Bambang Aditya itu.
Eka menyadari jabatan adalah amanah. Bahkan, motivasinya menjadi bupati adalah agar punya banyak kesempatan membangun daerah dan membantu masyarakatnya.
“Dengan jadi pejabat kan ada 450 ribu penduduk Tabanan yang bisa kita bantu. Jadi, kita ambil sisi benefit positif biasa dari amanah rakyat,” ujar dia.
Walaupun cita-cita menjadi polwan sudah pupus, Eka tetap semangat menjalani pekerjaannya sekarang. “Setelah saya menjabat dan merasakan apa yang bisa saya lakukan untuk rakyat, saya sangat bersyukur,” sebut Eka.
Memasuki tahun keenam menjadi bupati, banyak perubahan dilakukan Eka terhadap tanah kelahirannya. Ia pun mendapat beberapa penghargaan sebagai Bupati Tabanan.
Eka menjadikan Proklamator RI Soekarno sebagai inspirasinya. Ia juga mengidolakan Megawati Soekarnoputri. Ia mengajak masyarakat melanjutkan cita-cita Bung Karno.
“Itu tertumpu pada generasi mudanya, wajah bangsa ini ke depan dari generasi muda, makanya saya harapkan generasi muda juga harus berani tampil, bersumbangsih pikiran dan bersumbangsih kecintaannya terhadap kesatuan RI sehingga negara ini bisa menjadi negara yang dibanggakan,” ujar Eka.
Sadar dirinya tak selamanya menjadi bupati, Eka pun pasang target untuk melahirkan pemimpin-pemimpin muda masa depan bangsa. “Itulah yang menjadi cita-cita utama saya ke depan, bagaimana menciptakan kader muda yang lebih berprestasi daripada saya,” ujarnya.