Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Komunitas Kretek Dorong Publik untuk Berpikir Kritis

Mico Desrianto, Jurnalis
Senin 30 Mei 2016 10:51 WIB
Ilustrasi (Okezone)
Share :

BESOK adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Menilik sejarahnya, peringatan yang digagas oleh World Health Organization (WHO) itu dimulai pada 1988. Saat itu Majelis Kesehatan Dunia menyerukan kepada seluruh negara anggota dari WHO untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day) setiap 31 Mei.

Tujuan awalnya adalah mengajak orang tidak merokok pada hari itu. Namun dalam perkembangannya, kampanye untuk tidak merokok di satu hari tersebut berubah menjadi dorongan dari WHO untuk membatasi peredaran tembakau di dunia. Salah satu caranya adalah mendorong negara-negara anggota WHO untuk membuat berbagai peraturan yang mempersempit ruang gerak dari tembakau.

Di antaranya adalah aturan tentang larangan iklan, promosi, dan sponsor rokok. Membuat regulasi berupa kawasan tanpa rokok. Mendorong kenaikan cukai tembakau sampai titik yang tinggi dan berdampak pada mahalnya harga produk tembakau (rokok). Kemudian membuat aturan yang mendorong petani tembakau untuk menggantikan dengan produk pertanian lain, dan berbagai aturan lain.

Alasan utama dari berbagai pelarangan tersebut adalah kesehatan. WHO mengklaim bahwa tembakau telah membunuh hampir 6 juta orang setiap tahun. Lebih dari 600 ribu perokok pasif menjadi korban akibat menghirup asap dari para perokok aktif. Lalu menyatakan bahwa tembakau telah menjadi penyebab utama kematian di dunia. Hingga akhirnya, tanaman tembakau disebut sebagai pembunuh nomor satu di dunia.

Menyikapi hal tersebut, Komunitas Kretek (Komtek) menilai bahwa berbagai kampanye antitembakau banyak yang tak dapat dibuktikan keabsahannya dan cenderung hiperbolik atau dibesar-besarkan. Selain itu juga melihat bahwa ada banyak kepentingan di balik isu anti tembakau tersebut.

Bahkan sampai saat ini tak ada satu pun dokter atau lembaga kesehatan yang berani menyatakan bahwa 6 juta orang yang meninggal itu murni semata akibat dari tembakau atau produk tembakau. Faktor-faktor lain yang menyebabkan orang meninggal tak pernah disebutkan sebagai alasan, misalkan saja penyakit paru-paru. Orang yang meninggal karena penyakit paru-paru selalu dikatakan akibat dari merokok. Atau jika orang tersebut tidak merokok, maka orang itu adalah perokok pasif. Sementara faktor karena asap kendaraan, asap pabrik, debu, dan lain sebagainya tak dinyatakan.

Begitu pula dengan orang yang meninggal akibat dari penyakit jantung, kanker, dan penyakit berat lainnya. Selalu tembakau dijadikan sasaran sebagai penyebabnya. Namun sekali lagi, tak pernah dilihat faktor lain ataupun diberikan bukti kepada publik dalam bentuk data dan diagnosis kesehatan yang menyatakan tembakaulah penyebab tunggalnya.

Di sisi lain, kampanye-kampanye antitembakau yang dibungkus dalam bentuk kesehatan tersebut ternyata disponsori oleh industri-industri farmasi (asing). Kepentingan mereka adalah menggantikan rokok dengan produk lain pengganti rokok hasil produksi dari industri farmasi. Seperti, permen karet dan koyok untuk berhenti merokok. Atau, bahkan juga membuka klinik-klinik berhenti merokok dan obat-obatnya. Tentu semuanya tidak gratis, dan artinya hal tersebut memberikan keuntungan untuk industri farmasi. Sehingga, kampanye antitembakau yang dibungkus dengan isu yang sangat mulia tentang menjaga kesehatan ternyata sarat akan kepentingan dagang.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya