SEMARANG - Kelompok sufi yang berlokasi di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sekilas tak berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Tidak ada atribut atau jubah besar yang selalu dikenakan. Mereka juga tak tampak selalu menenteng tasbih sambil mulut komat-kamit berzikir.
Ketika memasuki sekretariat komunitas itu tampak bangunan-bangunan yang sekilas bercorak Jawa. Di bagian depan, terlihat tumpukan bata merah berbentuk gapura yang menjadi pintu gerbang. Kemudian terdapat dua area makam yang sama-sama menggunakan tumpukan bata merah sebagai gapura pintu masuknya.
Baru kemudian, terdapat musala yang cukup luas berlantai keramik berwarna cokelat kemerahan. Warna yang senada dengan bata merah yang menjadi dinding Musala Al Mursalin tersebut. Di samping musala, terdapat bangunan luas tanpa dinding dengan tiang berjumlah 24. Di tengah bangunan bernama Roudlotul Anbiya itu berdiri bangunan kecil berbentuk segi delapan.
Bangunan-bangunan itu seolah menyatu dengan alam pegunungan Ungaran yang terasa teduh. Tak banyak orang yang menempati Pondok Paseban Ar Rosuli Syarif di Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat itu. Hanya terlihat dua sampai lima orang yang tampak asyik duduk di teras kamar-kamar.
Pakaian mereka sebagaimana warga umumnya, tanpa jubah putih ataupun surban. Sebagian justru mengenakan kaos lengan pendek dan bercelana panjang. Tak ada kesan sufi seperti yang digambarkan selalu memegang tasbih.