Melihat Komunitas Sufi di Lereng Gunung Ungaran

Taufik Budi, Jurnalis
Jum'at 10 Juni 2016 10:33 WIB
foto: Taufik Budi/iNews
Share :

SEMARANG - Kelompok sufi yang berlokasi di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sekilas tak berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Tidak ada atribut atau jubah besar yang selalu dikenakan. Mereka juga tak tampak selalu menenteng tasbih sambil mulut komat-kamit berzikir.

Ketika memasuki sekretariat komunitas itu tampak bangunan-bangunan yang sekilas bercorak Jawa. Di bagian depan, terlihat tumpukan bata merah berbentuk gapura yang menjadi pintu gerbang. Kemudian terdapat dua area makam yang sama-sama menggunakan tumpukan bata merah sebagai gapura pintu masuknya.

Baru kemudian, terdapat musala yang cukup luas berlantai keramik berwarna cokelat kemerahan. Warna yang senada dengan bata merah yang menjadi dinding Musala Al Mursalin tersebut. Di samping musala, terdapat bangunan luas tanpa dinding dengan tiang berjumlah 24. Di tengah bangunan bernama Roudlotul Anbiya itu berdiri bangunan kecil berbentuk segi delapan.

Bangunan-bangunan itu seolah menyatu dengan alam pegunungan Ungaran yang terasa teduh. Tak banyak orang yang menempati Pondok Paseban Ar Rosuli Syarif di Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat itu. Hanya terlihat dua sampai lima orang yang tampak asyik duduk di teras kamar-kamar.

Pakaian mereka sebagaimana warga umumnya, tanpa jubah putih ataupun surban. Sebagian justru mengenakan kaos lengan pendek dan bercelana panjang. Tak ada kesan sufi seperti yang digambarkan selalu memegang tasbih.

"Sufi itu berasal dari kata shuf yang artinya bulu domba. Di situ mengandung makna kesederhaan baik dalam sikap, perilaku maupun perbuatan. Yang terpenting sufi itu bisa memberi manfaat kepada orang lain meski sangat sederhana," terang Syeikh Achmad Syakir, Pembina Komunitas Sufi Ar Rosuli, mengawali perbincangan dengan Okezone, Jumat (10/6/2016).

Menurut guru Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah itu, sufi saat ini terbelenggu pada istilah kesederhaan dan ritual peribadatan. Akibatnya, seorang sufi dinilai belum banyak memiliki berperan untuk membantu sesama. Sufi dianggap belum hadir saat masyarakat membutuhkan uluran tangan.

"Masyarakat itu yang dibutuhkan aksi riil. Hadir langsung di tengah-tengah warga itu adalah solusi terbaik. Tanpa sadar justru orang yang bukan sufi tapi sebenarnya telah melakukan tindakan sufistik. Mereka membantu sesama tanpa pandang bulu, beda agama bukan menjadi persoalan," tuturnya.

Untuk itu, sambung dia, komunitas tersebut salah satu kegiatannya bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dengan memberikan penghargaan sufistik. Tak hanya umat muslim, penghargaan itu juga bisa diberikan kepada penganut agama lain yang dinilai telah melakukan kegiatan sufistik.

"Penghargaan ini kita berikan kepada semua anak bangsa atau lembaga yang entah disadari atau tidak telah melakukan kegiatan sufistik. Seperti beberapa waktu lalu, kami memberikan penghargaan kepada MI Keji, karena melakukan pendidikan inklusi secara swadaya. Awalnya tak ada bantuan apa pun pada sekolah itu tapi sekarang malah jadi rujukan sekolah lain yang menggelar pendidikan inklusi," jelasnya.

Dia menambahkan, pemberian penghargaan dilakukan setelah melewati serangkaian kajian oleh tim. Penghargaan ini diberikan secara cuma-cuma tanpa dipungut biaya apa pun.

"Sebelumnya tim riset melakukan kajian terhadap calon penerima penghargaan, kalau dinilai layak ya kita beri (penghargaan). Tak hanya piagam dari kulit, tapi juga ada suvenir lain bisa berupa buku, alat, atau yang lain. Itu disesuaikan dengan penerimanya," ujar alumnus Ponpes Futuhiyah Mranggen Demak itu.

Selain pemberian penghargaan itu, anggota komunitas sufi tak ubahnya seperti umat Islam lainnya. Mereka juga melakukan peribadatan. "Mungkin bukan beda, tapi kalau di sini (komunitas sufi) murid-muridnya juga melakukan riyadhoh seperti khalwat (menyendiri) atau ritual lainnya. Dalam tarekat atau istilah kerennya adalah tasawuf, ilmu itu harus ada gurunya. Nah, di sini juga demikian, ada guru-guru di atas saya yang nasabnya hingga Rasulullah SAW," pungkasnya.

(Risna Nur Rahayu)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya