JAKARTA – Perdana Menteri Selandia Baru, John Key akan mengunjungi Indonesia untuk yang kedua kalinya. Meskipun selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, ini merupakan lawatan yang pertama. Dalam kunjungan selama tiga hari, yakni pada 17-19 Juli 2016 tersebut, sedikitnya ada 25 CEO dari berbagai bidang yang akan mendampingi kepala pemerintahan.
Disampaikan oleh Direktur Asia Timur dan Pasifik Edy Yusuf, CEO yang hadir antara lain merupakan para ahli terkemuka di bidang pendidikan dari universitas tinggi, industri peternakan, perikanan, dan penerbangan di Selandia Baru.
Sementara itu, secara terperinci agenda kunjungan PM John Key akan meliputi pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi di Jakarta pada Senin 18 Juli 2016. Ada tiga nota kesepahaman yang akan ditandatangani, yaitu kerjasama energi terbarukan, pariwisata, dan IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) Fishing.
Serangkaian kegiatan lain yang tercatat dalam agenda John Key adalah menghadiri pertemuan para pengusaha dan investor kedua negara. Kegiatan ini akan dilangsungkan di Hotel Shangri-La, Jakarta pada hari berikutnya.
“Selanjutnya, PM John Key selama di Indonesia juga akan melakukan kunjungan ke salah satu perusahaan di Cikarang dan ke Surabaya guna bertemu dengan Gubernur Jawa Timur,” papar Edy dalam konferensi pers di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta pada Kamis (14/7/2016).
Pada kesempatan ini, secara umum PM Selandia Baru ke-28 tersebut akan membahas isu ekonomi, memperkuat beberapa kerja sama di bidang perdagangan, investasi, energi terbarukan, pendidikan, dan pariwisata.
“Seperti kita tahu, nilai perdagangan dengan Selandia Baru ini masih tergolong kecil. Hanya USD1 miliar, sehingga ini ingin kita tingkatkan menjadi USD4 miliar. Di bidang pertanian, kita juga akan lebih fokus ke ekspor salak dan mangga,” ujarnya.
Di samping itu, pembahasan masalah nilai investasi Indonesia dengan Selbar sudah termasuk tinggi dan meningkat tajam, terutama dalam bidang industri susu. Terkait kerja sama energi terbarukan, Edy menjelaskan posisi Merah Putih di sini untuk belajar dari teknologi panas bumi yang dikenal cukup maju di dunia.
“Kerja sama lain yang kita lihat cukup baik di Selandia Baru dan perlu kita belajar dari mereka ialah dalam hal industri peternakan, pariwisata, dan pendidikan,” terangnya.
(Silviana Dharma)