Tito menyebut, itu merupakan bagian dari demokrasi. Perbedaan pilihan tidak dilarang karena itu merupakan hak politik setiap masyarakat. Perbedaan pilihan, kata Tito, jangan sampai menjadi ancaman bangsa Indonesia, namun justru sebagai pemersatu.
"Jangan sampai perbedaan itu pemecah bagi kita. Jaga situasi aman, pemerintah, warga masyarakat," sambung Tito.
Kegiatan silaturahmi akbar itu dihadiri 7.000 orang terdiri dari Polri, TNI, pemerintah daerah, tokoh-tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), hingga para santri.
Kegiatan itu diisi tausiyah Habib Lutfi dari Pekalongan. Saat di panggung, Tito tampak duduk persis di samping KH Maimun Zubair, pimpinan Ponpes Al Anwar, Rembang.
(Arief Setyadi )