Hari menambahkan, biasanya jelang hujan es, cuaca akan terasa panas dan gerah di malam hingga pagi hari akibat radiasi matahari yang cukup kuat. Kemudian akan terlihat awan Cumulonimbus (Cb) bersel tunggal berlapis-lapis dengan pertumbuhan vertikal mencapai tinggi 30 ribu kaki dan luasan horizontal awan sekira 3-5 kilometer.
“Biasanya terjadi pada masa transisi atau peralihan musim. Hanya saat kondensasi di atmosfer melewati batas level superbeku,” timpal Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho.
Di Indonesia sendiri, fenomena hujan es juga sebelumnya tidak hanya terjadi di Jakarta. Tapi juga di Bandung pada 17 Maret, Majalengka sepekan sebelumnya, Sukabumi, Cimahi, Yogyakarta, Boyolali, Musirawas, Bengkulu, Aceh, hingga Papua.
(Randy Wirayudha)