KISAH: Cinta Pada Pengetahuan, Harun al Rashid Bangun 'Rumah Kebijaksanaan' di Baghdad

Emirald Julio, Jurnalis
Kamis 20 April 2017 08:00 WIB
Ilustrasi Rumah Kebijaksanaan (Foto: Muslim Heritage)
Share :

PADA masa keemasan Islam terdapat satu tempat yang menjadi pusat pendidikan sehingga menarik orang terpelajar dari mana-mana untuk datang dan belajar. Tempat itu merupakan sebuah perpustakaan yang berada di Kota Baghdad dan bernama Bayt al-Hikma atau Rumah Kebijaksanaan.

Rumah yang juga menjadi tempat berkunjung para filosof ini merupakan hasil buah pemikiran dari Khalifah Harun al-Rashid dan dikembangkan oleh putranya, Khalifah Ma’mum al-Rashid. Harun al-Rashid yang tertarik dengan ilmu pengetahuan, mulai mengumpulkan buku dari Timur hingga Barat.

Harun dan putranya juga mengumpulkan para pemikir Muslim untuk datang ke Kota Baghdad. Sebagaimana dikutip dari Muslim Heritage, Kamis (20/4/2017), terciptalah sebuah perpustakaan yang menakjubkan bernama Khizanat al-Hikma atau Perpustakaan Kebijaksanaan.

Di bawah kepemimpinan  Harun (tahun 786-809) perpustakaan itu berisi buku serta manuskrip mengenai seni, sains yang ditulis dalam berbagai bahasa yang dikumpulkan oleh ayah dan kakeknya.

Hingga tiga dekade kemudian, pasokan buku terus datang hingga perpustakaan itu tidak berhenti berkembang. Khalifah Ma’mum al-Rashid pun membuat bangunan tambahan di perpustakaan itu, menjadikannya sebuah akademi besar. Dari situlah, perpustakaan tersebut berubah menjadi rumah untuk para peneliti hingga filosof.

Semenjak itu, perpustakaan itu berubah namanya menjadi Bayt al-Hikma atau Rumah Kebijaksanaan. Al-Ma’mun pada 829 kemudian menambah sejumlah pusat studi di Rumah Kebijaksanaan agar makin banyak orang terpelajar yang datang dan mengembangkan penelitiannya.

Para penerjemah, peneliti, penulis, hingga filosof kerap berkumpul di Rumah Kebijaksanaan untuk mengadakan dialog, diskusi, menerjemahkan buku asing hingga mendebatkan berbagai tema. Tidak hanya untuk Muslim, Rumah Kebijaksanaan juga membuka pintunya untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin atau etnisnya.

Karena berisi berbagai orang terpelajar, jadi bahasa yang diucapkan di Rumah Kebijaksanaan juga beragam. Bahasa Arab, Farsi, Aram, Ibrani, Latin, Yunani hingga dialek Suriah, menjadi bahasa yang normal terdengar di pusat pendidikan di Baghdad tersebut.

Sayangnya bangunan yang menjadi pusat pengetahuan itu mulai mengalami kemunduran ketika di bawah kepemimpinan Al-Mutawakkil (847-861). Berbeda dengan pemimpin sebelumnya yang menyukai pengembangan ilmu pengetahuan dari berbagai penjuru dunia, Al-Mutawakkil lebih mementingkan interpretasi terhadap Alquran dan hadis sehingga ia tidak tertarik dengan sains.

Kehancuran sepenuhnya dari Rumah Kebijaksanaan dipicu oleh serangan bangsa Mongol pada 1258. Pada pengepungan Kota Baghdad itu, pasukan Hulagu Khan menghancurkan semua perpustakaan di sana, termasuk Rumah Kebijaksanaan. Mayoritas buku-buku yang ada di perpustakaan-perpustakaan di kota tersebut dibuang ke Sungai Tigris hingga membuat sungai itu berubah menjadi hitam akibat tinta yang luntur.

(Emirald Julio)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya