Warga Korsel Tolak Kesepakatan Jepang Soal Jugun Ianfu

Rahman Asmardika, Jurnalis
Selasa 30 Mei 2017 11:01 WIB
Presiden Korsel Moon Jae-in. (Foto: Reuters)
Share :

SEOUL – Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengumumkan bahwa rakyat merasa tidak puas dengan kesepakatan yang diajukan untuk menyelesaikan sengketa dengan Jepang terkait masalah perempuan penghibur selama Perang Dunia II atau jugun ianfu. Pernyataan itu sekaligus menunjukkan posisi presiden baru Korsel, Moon Jae-in dalam isu tersebut.

Pemerintah Jepang telah membayar 1 miliar Yen atau sekira Rp120 miliar pada Agustus 2016 untuk membangun yayasan yang menolong para perempuan yang dijadikan penghibur oleh tentara Jepang selama perang. Namun, kesepakatan itu dikritik publik termasuk 12 korban jugun ianfu yang kemudian menuntut pemerintah.

Pada Senin, 29 Mei, Seoul mengeluarkan pernyataan yang menekankan bahwa konsultasi bilateral adalah langkah maju untuk menyelesaikan masalah ini. Ini adalah pertama kalinya Presiden Jae-in yang baru dilantik menggariskan posisi kebijakannya terkait isu ini.

"Pemerintah ingin mengatasi masalah ini dengan bijak melalui upaya bersama antara Korea Selatan dan Jepang selain menerima kenyataan bahwa mayoritas masyarakat kita secara sentimental tidak menyetujui kesepakatan terkait perempuan penghibur," demikian disampaikan Kementerian Luar Negeri Korsel dalam pernyataan yang dilansir dari Asian Correspondent, Selasa (30/5/2017).

Melalui pernyataan terbarunya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres juga tampaknya menyetujui pembicaraan bilateral sebagai jalan penyelesaian masalah itu. Sikap itu sekaligus membantah klaim dari media Jepang yang menyebutkan Sekjen PBB telah menyatakan dukungan terhadap kesepakatan yang dibuat Jepang.

Jugun ianfu adalah sebutan bagi gadis dan perempuan dari Korsel, China, Filipina, Indonesia, dan negara-negara lainnya yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang selama PD II. Masalah jugun ianfu sejak lama menjadi penghambat hubungan Jepang, tidak hanya dengan Korsel tertapi juga dengan negara-negara asal para perempuan yang menjadi korban praktek tersebut.  

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Tol
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya